Ada
kalanya, dipilih cara mencangkok apabila pohon yang akan dicangkok tidak dapat
diperbanyak dengan pembiakan vegetative lainnya yang lebih mudah, misalnya
dengan stek. Jenis-jenis tanaman yang biasa dicangkok adalah pohon buah-buahan misalnya
: mangga, beberapa jenis jeruk (jeruk besar, jeruk nipis, jeruk manis dan jeruk
siem), berbagai jenis jambu (jambu biji, jambu air dan jambu monyet), delima,
belimbing manis, lengkeng dan sebagainya. Selain tanaman buah-buahan, beberapa
tanaman hias juga bisa dicangkok misalnya: bunga sakura, kemuning, soka, nusa
indah, bougenvil, cemara dan sebagainya.
Tanaman
yang tersebut di atas adalah tanaman berkayu yang mudah dicangkok. Adapula
tanaman berkayu yang sulit di cangkok, namun karena telah ditemukan caranya,
akhirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok. Sebagai misalnya
adalah cemara atau tanaman berdaun lainnya. Tanaman tak berkayu pun berhasil
dicangkok. Tentu saja dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh kasus tanaman
ini adalah pepaya dan dieffenbachia. Salak juga berhasil “dicangkok” dengan
cara menampung tunas anakannya yang tumbuh.
Cara
pembiakan dengan cara mencangkok dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan
tertentu, misalnya kita menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis
seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanannya terhadap hama dan penyakit,
rasa buah (khususnya untuk tanaman buah-buahan), keindahan bunga (untuk
tanaman hias) dan sebagainya. Karena
seperti yang kita ketehui bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan hampir seratus
persen menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat biasanya
disebabkan oleh mutasi gen. Walaupun banyak keunggulannya, namun teknik
perbanyakan dengan mencangkok ini tidak terlepas dari beberapa kelemahan. Sebenarunya
mencangkok dapat dilakukan baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Bila
mencangkok pada musim kemarau, memang kita harus rajin menyiraminya agar
kelembaban media tetap terjaga. Tetapi lazimnya cangkokan lebih cepat jadinya, karena
pada saat ini pertumbuhan akar sedang aktif. Sedangkan bila mencangkok
dilakukan pada musim hujan, tentunya kita tidak akan repot menyiraminya. Lagi
pula bila kita lakukan pada awal musim hujan, maka dalam musim itu juga
cangkokan telah jadi bibit dan dapat ditanam.
Tumbuhan
meperoleh zat-zat hara dari lingkungan. Penyerapan bahan itu berlangsung secara
difusi, osmosis dan transpor aktif. Pada tumbuhan bersel satu/bahan-bahan dapat
diserap langsung dari lingkungannya melalui proses-proses tersebut. Tetapi
tumbuhan tingkat tinggi, memerlukan sistem pengkutan yang lebih panjang dari proses-proses
itu, yaitu dibantu dengan sistem pembuluh angkut (vaskuler) yang lebih
menguntungkan.
Pengangkutan
bahan-bahan pada tumbuhan dapat dilakukan dengan dua jalan, yaitu :
1) Pengangkutan bahan melalui jaringan
di luar berkas pembuluh angkut, disebut pengangkutan ekstra vaskuler. Oleh
karena jaringa-jaringan ini bersifat hidiup, maka sistem pengankutan bahan
menggunakan transportassi antar membran sel, seperti melalui jaringan parenkim
kortek dan empulur.
2) Pengankutan bahan melalui sestem
berkas pembuluh angkut, disebut pengangkutan intravaskuler. Umumnya jaringan
berkas pembuluh memiliki dinding melintang yang hilang (sebagian atau
seluruhnya) maka sestem pengangkutan ini jauh lebih cepat daripada pengankutan
ekstravaskuler. Berkas pembuluh angkut terdiri atas dua macam jaringan, yaitu :
a.
Xilem : ialah pembuluh kayu
yang berfungsi mengankut bahan-bahan yang berasal dari tanah melewati akar
hingga ke daun untuk bahan asimilasi.
b.
Floem: ialah pembuluh tapis/ayak yang berfungsi mengangkut
zat-zat makanan hasil asimilasi untuk diedarkan ke seluruh tubuh tumbuhan.
Di dalam daun, zat-zat yang diangkut
melalui pembuluh xilem diolah melalui fotosintesis atau asimulasi zat lain. Hasil asimilasi zat
ini perlu diangkut ke seluruh bagian tumbuhan melalui jalan lainnya, yaitu pembuluh
floem (pembuluh tapis/ayak). Pembuluh floem terletak di luar pembuluh kayu
(xilem) pada tumbuhan berkayu. Pengankutan zat hasil aimilasi ini penting untuk
pembangunan tubunya atau membentuk korgan-organ tubuh barunya. Hasl ini dapat
ditunjukan pada pengelupasan kulit batang yang dicangkok, pengeluaran getah dan
pembentukan kalus.
Proses
pengankutan zat-zat makanan hasil asimilasi ke bagian tubuh lainnya disebut
translokasi. Zat-zat yang dibentuk dalam asimilasi lebih banyak daripada yang
dibongkar untuk respirasi atau pernafasan>Adanya kelebihan zat, sebagian
digunakan untuk pembentukan sel-sel baru atau pertumbuhan dan sebagian lagi misalnya
dalam jaringan perenkin dan kelenjar. Zat-zat makanan cadangan yang ditimbun
dalam bagian tumbuhan, contohnya :
1) Karbohidrat
disimpan di bagian : umbi, ubi (seperti: kentang, singkong, ketela rambat,
wortel, bit, dan sebagainya), batang (seperti : tebu, sagu), rhizoma (seperti :
jahe, alang-alang, gayong, dan sebagainya) dan buahnya (seperti : pisang, mangga,
apel, dan sebagainya.
2) Lemak/minyak
disimpan di bagian : umbi (bawang), daunnya (kayu putih), batang dan akar
(sereh), dan biji-bijian (kacang tanah, kelepa sawit, kemiri, dan sebagainya).
3) Protein
disimpan dibagian: bijinya (kedelai, kacang hijau, buncis, dan sebagainya)
Bibit cangkokan termasuk jenis bibit
yang diperoleh secara vegetatif, tanpa melalui proses perkawinan (aseksual).
Sistem pencangkokan sebanarnya merupakan bagian dari cara perbanyakan dengan pembumbunan
(layerage). Namun, bedanya pada system pencangkokan ialah pembumbunan dilakukan
di udara (di atas permukaan tanah), sedangkan pembumbunan biasanya dilakukan di
tanah dengan melengkungkan cabang atau membumbun cabang yang berada di bawah.
Pencangkokan lebih banyak digunakan pada tanaman buah karena kebanyakan cabang
tanaman ini tidak dapat
dilengkungkan seperti cara pembumbunan
yang umum. Bibit cangkokan diperoleh dengan menghambat proses pengiriman zat
makanan dari daun ke akar dengan menghilangkan lapisan kambium cabang tanaman
induk. Selanjutnya pada bagian tersebut dilakukan pembumbunan untuk memberi
kondisi yang sesuai bagi pertumbuhan akar sehingga ditempat tersebut akan
tumbuh akar. Selama pertumbuhan akar, cabang tersebut masih bersatu dengan induknya
sampai pertumbuhan akarnya mencukupi sehingga dapat dipindahkan menjadi bibit
tanaman. Setelah jumlah akarnya
mencukupi, cabang tersebut dipotong
sehingga terbentuklah bibit yang siap tanam. Namun, akar yang tumbuh pada bibit
cangkokan ini tidak sebaaik akar yang terbentuk pada bibit dari biji. Akarnya lebih
pendek dan cenderung tumbuh ke samping sehingga daya jangkau akar dalam
menyerap makanan dan air lebih dangkal.
Kelebihan
cara pembiakan cangkokan antara lain :
1) Pohon dari bibit cangkokan lebih
cepat berbuah.
2) Dapat mewarisi sifat baik dari
tanaman induk karena induknya
dapat dipilih yang memiliki sifat baik.
Adapun
kelemahannya antara lain :
1) Perakaran pohon cangkokan kurang kuat
dan dangkal.
2) Bentuk pohon induk menjadi rusak.
3) Tidak dapat menyediakan bibit yang
relatif banyak dalam waktu
yang cepat.
4) Cara pengerjaan sedikit lebih rumit
dan memerlukan
ketelatenan.
5) Jika sering dilakukan pencangkokan
terhadap pohon induk maka
produksi buah pohon induk menjadi
terganggu.
Pertumbuhan
bibit cangkokan tidak dimulai dari awal, tetapi lanjutan dari pertumbuhannya
sebagai cabang dari tanaman induknya. Oleh karena itu tanaman yang berasal dari
bibit cangkokan tidak memerlukan waktu yang tidak terlalu lama untuk
pertumbuhan vegetatif awalnya. Oleh karena pertumbuhan vegetatif awalnya tidak terlalu
lama, maka sosok tanaman pun cenderung lebih pendek. Selain itu, pertumbuhan
vegetatifnya lebih banya digunakan untuk pembentukan cabang sehingga tanaman
cenderung mejpunyai pertumbuhan cabang yang lebih banyak. Bibit cangkokan dapat
dibedakan dari bibit biji dengan melihat sosoknya yang lebih pendek
pada umur dan kondisi yang sama dengan
bibit dari biji.
Bibit
cangkokan dapat digunakan untuk lahan yang memiliki tanah dangkal dan sebaiknya
dihindari penggunaannya untuk lahan yangmemiliki air tanah dalam. Bibit
cangkokan memiliki kelemahan yaitu perakarannya yang dangkal. Jika ditanam di
daerah yang memiliki air tanah dalam, bibit ini akan mendapat kesulitan dalam
penyerapan air tanah. Dalam melakukan kegiatan mencangkok tanaman yang perlu dipersiapkan
adalah: peralatan, pohon induk dan media cangkok. Peralatan yang diperlukan
tidaklah harus peralatan modern dengan harga yang mahal, tetapi cukup dengan
peralatan yang sederhana asal dapat digunakan dengan baik dan sesuai dengan
keperluan. Pisau okulasi sebenarnya sangat cocok untuk pekerjaan menyayat kulit
dahan, tetapi apabila pisau ini dianggap mahal, dapat saja menggunakan pisau
biasa asalkan cukup tajam. Ketajaman pisau sangat perlu, karena dengan pisau
yang tajam dapat dihasilkan suatu keratan yang halus, bersih, rapi serta tidak
perlu mengulang beberapa kali keratan, dengan demikian tidak mengganggu pertumbuhan
akar nantinya. Alat lain yang diperlukan adalah gunting pangkas atau yang
sering juga disebut gunting dahan. Sesuai dengan namanya, gunting ini digunakan
untuk menggunting dahan atau ranting-ranting daun yang jumlahnya berlebihan.
Jika tidak ada gunting dahan maka bisa juga digunakan sabit atau pisau. Peralatan
atau pisau yang kurang tajam hendaknya dibuat tajam dengan cara mengasahnya.
Dengan menggunakan batu asah, kita dapat menajamkan pisau dengan hati-hati.
Apabila batu asah yang dipakai mempunyai dua bagian yakni bagian yang lebih
kasar dan bagian permukaan yang lebih halus, maka gosoklah atau asahlah sisi pisau
yang akan dibuat tajam pada bagian batu asah yang mempunyai permukaan kasar
terlebih dahulu. Setelah didapatkan ketajaman yang lebih baik maka untuk
menyempurnakannya, lanjutkan dengan mengasahnya pada bagian batu asah yang mempunyai
permukaan lebih halus. Selama mengasah pisau hendaklah senantiasa disertai
dengan pemberian air secukupnya, agar dapat mengurangi panas yang timbul akibat
pergesekan antara pisau dengan batu asah itu sendiri. Posisi atau arah
pengasahan pisau hendaknya satu arah saja dan berkali-kali dengan
perlahan-lahan tidak usah terlalu cepat. Sangat perlu diperhatikan tentang
keamanan tangan perasah agar jangan sampai terluka pada saat melakukan
pengasahan. Dewasa ini tidak menutup kemungkinan mengasah pisau dengan selain
menggunakan batu asah saja, namun sudah tersedia juga alat pengasah dari pabrik
yang terbuat dari dua lempengan saja berbentuk lingkaran. Yang mana dalam
penggunaannya, kita tinggal memasukkan sisi pisau yang ditajamkan ke celah
pertemuan dua sisi lempengan baja tersebut dan mendorong pisau dengan sedikit
di tekan lakukan beberapa kali maka akan didapatkan pisau yang tajam. Setelah
peralatan dipersiapkan dengan benar, maka selanjutnya adalah memilih pohon
induk dan menentukan cabang atau dahan yang akan dicangkok. Pohon intuk
hendaknya sudah cukup umurnya, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Pohon
yang terlalu tua biasanya mempunyai jumlah cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok
hanya sedikit. Sedangkan pohon intuk yang terlalu muda tentu belum diketahui
sifat-sifatnya dengan jelas. Bila kita bertanya berapa umur pohon induk yang
ideal, tentu sulit untuk menjawabnya yang jelas, pohon induk harus telah
berbungan bagi tanaman hias buang dan, telah berbuah sedikitnya tiga kali bagi
tanaman buat buahan. Dengan demikian kita sudah tahu keindahan bentuk dan warna
bunga, atau kelezatan rasa buah dari tanaman yang akan dicangkok. Selain itu
yang perlu diperhatikan adalah pohon nampak kuat dan subur, serta tidak
terserang hama penyakit yang akan dapat menggagalkan hasil cangkokan> Syarat
terakhir adalah pohon harus bercabang banyak atau rimbun sehingga setelah
dicangkok, pohon tidak akan kehabisan cabang. Dengan telah diketahui dan
dipilih pohon induk yang bermutu baik diharapkan bibit hasil cangkokan nantinya
akan mempunyai sifat persis atau sama dengan pohon induknya.
Tahapan selanjutnya adalah
mengamat-amati cabang yang kiranya tepat digunakan sebgagai bibit cangkokan.
Cabang yang baik untuk dicangkok adalah cabang yang ukurannya tidak terlalu
besar. Ukurannya kira-kira sebesar kelingking atau pensil. Walaupun demikian,
berdasarkan pertimbangan tertentu, cabang sebesar lidi atau pun sebesar lengan
manusia, bahkan batang pokok, tetap bisa dicangkok. Asalkan batang atau cabang
tersebut berkulit mulus dan berwarna cokelat muda. Pemilihan cabang yang
berukuran kecil bertujuan agar dari tiap pohon induk diperoleh belasan sampai
puluhan cangkokan tetapi bentuk pohon tidak akan rusak. Selain itu bibit
cangkokan ini bila sudah dipindah ke lapangan/lahan pertanaman, akan kecil penguapan
airnya. Ini jelas lebih baik mengingat akar cangkokan belum banyak, dengan
demikian jumlah air dan zat hara yang terserap belum banyak. Bentuk cabang yang
baik adalah lurus atau tegak dan mulus. Cabang yang berwarna kehitaman dan
berkerak, pertumbuhan akarnya sedikit dan pendek-pendek. Batang yang tidak
mulus ini biasanya disebabkan serangan hama, misalnya karena serangan penggerek
batang. TAnda lain bekas gesekan adalah adanya bekas bubuk yang melekat pada
cabang. Tidak dipilihnya cabang seperti ini karena akan menghambat aliran air
dan hara dari bawah ke pucuk cabang atau bagian atas luka sayatan, akibatnya
akan menghasilkan cangkokan yang pucat. Pada cabang yang berwarna cokelat muda
akan lebih cepat terbentuk kalus dan akar. Kalus adalah penutup luka. Cabang
masih berwarna hijau dan muda hanya mempunyai sedikit persediaan makanan,
sehingga pertumbuhan akar cangkokan akan lambat dan jumlahnya sedikit. Bibit
cangkokan yang demikian akan mengalami kesulitan hidup di lapangan. Begitu juga
bila dipilih cabang yang sudah terlalu tua. Panjang cabang yang dipilih
hendaknya berukuran 20 – 30 cm saja, kalau terlampau panjang, nanti akan
mengalami kesulitan pada waktu penanaman dilahan. Selain itu pohonnya akan
jangkung tidak karuan. Apalagi dewasa ini orang lebih suka dengan tanaman yang kecil
namun telah menghasilkan/walaupun hasilnya sedikit. Bibit cangkokan yang kecil
juga mempunyai keuntungan karena mudah dibentuk, sehingga tanaman buah pun bisa
berfungsi sebagai tanaman hias. Jumlah daun yang akan disertakan pada batang
cangkokan harus banyak. Banyaknya helaian daun ini akan memperbanyak makanan yang
diolah, sehingga sangat menunjang pembentukan dan
pertumbuhan akar bibit hasil cangkokan.
Cabang yang gundul sukar menumbuhkan akar. Mengingat fungsi daun adalah sebagai
pabrik lahan makanan bagi tumbuhan maka jangan sampai daun yang ada pada cabang
cangkokan di kurangi dan terserang ulat atau hama lain. Cabang yang baik untuk
dicangkok mempunyai arah ke atas 45 atau ke samping dan rajin berbuah.
Cara-cara memilih cabang tersebut di atas belaku untuk semua jenis tanaman,
kecuali cemara. Pemilihan cabang cemara untuk dicangkok harus berdasarkan mahkota
atau tajuk pohonnya. Maksudnya adalah bagaimana bentuk tajuk tanaman induk
setelah dipotong cangnya nanti. Bila memang tanaman cemara itu merupakan pohon
induk ditempat pembibitan/ tentu tidak menjadi masalah. Tetapi bagi para
pecinta tanaman tentu tidak menginginkan bentuk tajuk tanaman cemaranya akan berkurang
keindahannya.
Di
dalam melakukan penyayatan cabang cangkokan dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yakni :
1) Cabang kecil
Cabang yang berdiameter kurang dari 2 cm
digolongkan ke dalam cabang kecil. Kulit kayu yang tepat untuk disayat berada tepat
di bawah kuncup daun, karena disitulah terkumpul zat pembentuk akar yang
disebut rizokalium. Dalam satu cabang bisa dibuat satu atau lebih sayatan
(cangkok berantai).
Cangkok Berantai
2) Cabang besar
Batasan cabang besar disini adalah
cabang yang diameternya melebih 2 cm. Dengan besarnya cabang ini maka
diperlukan perimbanga jumlah akar yang sesuai untuk memasok air dan zat hara
yang nantinya diperlukan setelah hasil cangkokan ditanam. Perakaran yang tumbuh
dari bentuk penyayatan seperti pada cabang kecil sering kurang memadai. Oleh
karena itulah bentuk sayatan dibuat sedemikian rupa agar bidang yang nantinya
ditumbuhi akar menjadi luas
Keratan Bergerigi
Setelah
kulit kayu tersayat akan tampak kambium. Kambium yang umumnya terdapat hanya
pada tanaman dikotil ini merupakan suatu tabung yang berada antara xilem dan
floem.
Hasil
kerja kambium berupa pertambahan lingkaran batang berkayu. Untuk menghindari
kejadian ini pada luka sayatan juga agar proses pertumbuhan akar tidak
terganggu, kambium harus dihilangkan. Untuk membuang kambium ada beberapa cara
yakni dianginanginkan selama kurang lebih dua sampai dengan empat hari. Untuk
tanaman bergetah seperti sawo misalnya, waktu yang diperlukan adalah 2 – 3 minggu.
Cara
lain untuk membuang kambium adalah dengan menggunakan lap kain atau kertas yang
bersih. Kain atau kertas ini digosokkan keluka sayatan sehingga kayu kelihatan
kering dan terasa tidak licin ada kalanya kertas untuk membersihkan kambium ini
dicelupkan dulu ke dalam air garam, dengan demikian kambium yang menyerupai lendir
ini akan cepat bersih. Setelah itu dibersihkan dengan air bersih agar keadaan
disekitar luka tetap netral. Cara lainnya adalah dikerik dengan pisau secara
perlahan-lahan agar tidak melukai kayunya. Bila kayu terluka tentu saja xilem
akan terluka juga, padahal peranan xilem ini sanga besar yaitu mengangkut hara
dan air dari akar ke seluruh bagian tanaman. Dengan terputusnya saluran
pengankutan ini maka batang, cabang/ranting dan daun yga berada di atas luka
akan mengering dan hasil cangkokan akan gagal. Akar-akar pada cangkokan bisa
tumbuh karena dengan terbuangnya jaringan floem yang terdapat pada kulit
cabang, maka zat-zat makanan yang berupa kabohidrat, zat pembentuk akar (rizokalin)
dan auxin sebagai zat perangsan pertumbuhan yang berasal dari daun-daun di
bagian atas sayatan, tidak akan mengalir ke bagian bawah sayatan, zat-zat ini
akan mengumpul di bagian atas sayatan, yang dapat dilihat dengan adanya pembengkakan
pada kulit cabangnya. Dan dengan adanya
media yang lembab maka zat-zat tersebut
akan merangsang timbulnya akar pada bagian atas sayatan. Cara membungkus
sayatan sangat bergantung pada jenis media yang digunakan. Untuk media mos,
biasanya mos yang telah dipupuk dan dalam keadaan basah ini dibungkuskan pada sayatan,
lalu diikat dengan tali bagian tengahnya. Setelah itu mos dibalut dengan
pembalut plastik atau yang lain. Plastik diikata di bagian bawah terlebih
dahulu, kemudian pembalut diraikan dan diikat bagian tengah dan atasnya. Ikatan
tali di bagian atas sebaiknya janga terlalu kencang, atau diikat dengan cara
tali simpul. Jadi bila sewaktu-waktu ini membuka guna menyiramnya, kita tidak
akan mengalami kesulitan. Lain lagi bila menggunakan pembalut pot dari tanah,
plastik, kaleng dan tabung bambu. Biasanya pembalut ini didasarnya berlubang
sebesar cabang yang dicangkok dan telah dibelah pada ke dua sisinya. Cara
membungkusnya adalah memasang pot tersebut pada cabang yang telah disayat, lalu
belahan sampingnya dirapatkan dengan menggunakan kawat atau tali. Setelah pot
ini kelihatan kokoh pada cabang yang di cangkok maka baru medianya dimasukkan
sampai paling tidak menutupi luka bekas sayatan. Ukuran pot yang digunakan
jangan terlalu besar, cukup yang kecil saja dengan bobot yang ringan. Pot yang
terlalu besar justru bisa mematahkan cabang bila terjadi angin kencang. Besar
atau diameter pembungkusan in disesuaikan dengan diameter cabang dan panjang
cabang yang dicangkok. Biasanya perbandingan antara panjang cabang dan diameter
pembungkusnya adalah 5 ; 1. jadi, bila panjang cangkokan 30 cm, maka diameter
pembungkusnya adalah 5 cm.
Pengikatan Pembalut Media
Persyaratan media
Media
tanaman untuk pembiakan tanaman secara vegetative khususnya mencangkok banyak
sekali macamnya, tinggal memilih mana yang Anda sukai dan tidak susah
mencarinya.
Macam-macam media untuk mencangkok yaitu
:
- Mos
- Bubuk sabut kelapa
- Pupuk kandang
- Kompos
- Lumut
Media
mos banyak digunakan untuk media cangkokan karena bobotnya ringan dan mudah
tertembus oleh akar cangkokan. Mos adalah akar kadaka atau akar epifit dari pakis
sarang (asplenium nidus)
Bubuk
sabut kelapa, sebelum media ini digunakan sebagai media, sebaiknya bubuk ini
dilapukkan dulu agar zat hara yang ada pada bubuk ini teruarai sehingga mudah
dan cepat tersedia bila diperlukan oleh tanaman. Media ini kurang cocok untuk
media cangkokan, karena tidak bisa menyimpat air, sehingga cepat kekeringan dan
ada kemungkinan cangkokan gagal apabila tidak rajin menyiram.
Pupuk
kandang sesuai dengan namanya media ini berasal dari kotoran hewan, yaitu tinja
dan air seni, dan kadang tercampur dengan bahan lain (makanan ternak) pupuk kandang
basa digunakan asalkan sudah matang, cirinya pupuk kandang tidak berbau amoniak
dan bau lain yang tajam, tidak lembek,becek jadi mudah diuraikan langai, dan
sudah tidak berserat. Pemakaian untuk media cangkok sering di campur dengan
tanah yang remah (1 : 1).
Kompos
merupakan bahan organik yang dapat berfungsi sebagai pupuk dan dapat
memperbaiki sifat fisik tanah karena tanah menjadi remah dan mikroba-mikroba
tanah yang bermanfaat dapat hidup lebih subur. Dalam penggunaannya kompos
sebagai media cangkok umumnya di campur dengan tanah yang remah (1 : 1)
Lumut, sebagai bahan untuk media cangkokan, lumut
merupakan bahan media yang dapat menyimpan air dengan lama, sehingga sering
media untuk cangkokan dicampur dengan lumut. Lumut serng tumbuh dikayu atau
dibatu, seberlumnya dipergunakan dulu.
Dengan demikian syarat media cangkokan
adalah :
o
Bobotnya ringan
o
Dapat menyimpan air dengan
lama (kelembaban)
o
Mudah ditembus akar
cangkokan
o
Banyak mengandung unsur hara
o
Mudah di dapat.
Pengaruh media terhadap
keberhasilan cangkokan
Proses
perbanyakan tanaman dengan cara mencangkok, media juga menentukan terhadap keberhasilan
cangkokan untuk itu dalam meilih media haruslah berhati-hati. Dalam mencampur media
untuk cangkokan harus merata (homogen) karena apabila tidak merata akan
mengganggu pertumbuhan akar. Pencampuran media untuk cangkokan biasanya
menggunakan berbandingan. 1 : 1 misalnya kompos dengan tanah yang remah sehingga
media yang dipergunakan untuk mencangkok benarbenar sesuai dengan persyaratan
yang di butuhkan untuk tumbuhnya akar baru.
Penggunaan
media yang salah ataupun dalam pencampuran tidak merata, maka akan
mengakibatkan kegagalan di dalam pembiakan dengan cara mencangkokan. Setelah
media yang disiapkan sudah sesuai dengan persyaratan maka tinggal mencari
pembungkusnya dan tali untuk mengikat pembungkus media. Oleh karena itu dalam
memilih pembungkus harus mentaati prosedur atau persyaratan sebagai pembungkus cangkokan.
Macam-macam pembungkus/pembalut
cangkokan.
o
Sabut kelapa
o
Tabung bamboo
o
Kaleng bekas
o
Plastik bening
o
Pot tanah atau plastik
macam pembalut media cangkokan
Mencangkok dengan Sabut
Kelapa Mencangkok dengan Tabung
Bambu
Plastik Bening Pot Tanah/Plastik Kaleng Bekas
Pembalut media cangkokan yang sering
digunakan antara lain plastic bening dan sabut kelapa dengan menggunakan tali
dari plastik (tali rafia).
Ciri-ciri cangkokan yang
siap dipotong
Pemotongan pada cangkokan dapat dimulai
apabila cangkokan sudah keluar akar/ tumbuh akar. Untuk mengetahui apakah cangkokan
sudah siap untuk dipotong maka Anda harus memperhatikan kondisi cangkokan itu
(akar sudah banyak yang tumbuh, umur cangkokan, dan sebagainya) Cepat lambatnya
akat dipengaruhi oleh beberapa hal :
o
Jenis tanaman
o
Media cangkokan
o
Cara mencangkok
o
Waktu mencangkok
Pemotongan cangkokan dengan menggunakan
alat
o gunting
stek
o gergaji
Di
dalam pemotongan menurut prosedur dan disesuaikan dengan jenis tanaman.
Ketepatan di dalam pemotongan cangkokan juga mempengaruhi kegerhasilan
tumbuhnya tanaman. Karena pemotongan yang terlalu panjang dari tumbuhnya akar,
maka sisa kayu/cabang tersebut bisa dimakan rayak. Untuk itu pemotongan harus
tepat di bawah pembungkus cangkokan. Cangkokan yang telah dipotong, sebaiknya
jangan langsung ditanam di lahan pertanaman. Suhu di lahan sangat tinggi
sehingga akan mengakibatkan penguapan yang hebat, sedangkan penyerapan air oleh
akar belum seberapa untuk itulahdaun yang ada perlu dikurangi sebagian. Tidak
adanya keseimbangan antara penguapan dan penyerapan air bias mengakibatkan
kekeringan dan kematian, maka tanaman hasil cangkokantersebu tlebih baik
disemaikan terlebih dahulu agar kuat pertumbhannya. Tempat untuk persemaian
bias menggunakan keranjang pot, ataupun polybag (kantong plastic hitam).
Polybag relative lebih murah dan selain itu warna hitam sangat diperlukan,
mengingat tempat hidup akar adalah di tempat yang gelap.
Media
pesemaian sebaiknya terdiri dari campuran “top soil” lapisan tanah bagian atas
dengan pupuk kAndang. Perbandinan campuran ini adalah 3:1 , bahan organik tidak
perlu berebihan karna adaya serap dan daya ikat ai rnya sangat kurang. Keadaan
sepereti ini dapat mengakibatkan tanaman yang telah disipakna. Bila menggunakan
polybag sebaiknya dilubangi dulu bagian bawahnya saja, tidak perlu dibagain
sampingnya karena fungsi lubang ini untuk membuang kelebihan air.
Tanaman
cangkokan yang telah ditanam di pesemaian ini, disimpan pada tempat yang teduh
sampai perakaran bertambah banyak. Waktu yang diperlukan kurang lebih 3 bulan.
Setelah itu peneduh sedikit demi sedikit dikurangi dengan dmekina diharapkan
tanaman mampu membentuk jaringan yang lebih kuat dan mampu beradaptasi dengan teriknya
matahari pembentukan kerangkan tanaman yang baik perlu juga dilakukan. Caranya
dengan menangkas sedikit demi sedikit ranting yang kurang baik atau di juga tidak
produktif. Perawatan tanaman yang berupa
pemupukan diberikan sekali dalam 1-2
bulan dengan NPK dosisi 1 sendok teh per kantung/ Polybag. Penyiraman dilakukan
sewaktu kelembaban tanah mulai berkurang. Untuk mencegah serangan hama dan
penyakit, tetap diberikan usaha pengendalian baik dengan pestisida maupun
secara terpadu. Setelah 6 bulan. Tanaman
sudah cukup besar dna berbentuk bagus serta telah siap menghadapi guncangan
cuasa. Pada saat ini tanaman sudah bias dipindah untuk ditanam pada lahan penanaman-penanaman
sebaiknya atau diusahakan pada awal musim penghujan sehingga tidka terlalu
direpotkan dalam menyiram tanaman.
Pemupukan
sebaiknya diberikan dalam bentuk larutan sehingga pada pemberiannya sekaligus
dengan melakukan penyiraman. Hal ini untuk menghemat biaya tenaga kerja dan
efisiensi waktu terlarutnya Pupuk NPK sehinga dapt terserap oleh akar tanaman.
Jika diperlukan data pula dilakukan pemberian pupuk daun untuk mempercepat proses
penyembahan tanaman dari stress.
Rangkuman
Mencangkok adalah kegiatan perbanyakan
tanaman secara aseksual atau vegetatif. Proses mencangkok hanya dapat dilakukan
pada tumbuhan berkayu karena mempunyai kambium. Pada dasarnya pekerjaan
mencangkok adalah menghambat proses pengiriman zat makanan dari daun ke akar
dengan menghilangkan lapisan cambium cabang tanaman induk, kemudian pada bagian
(luka) tersebut diberikan media tumbuh yang sesuai bagi pertumbuhan akar agar segera
tumbuh akar. Kelebihan proses ini adalah pohon hasil cangkoknya. Sedangkan
kelemahannya adalah perakaran kurang kuat, bentuk pohon induk menjadi rusak
yang akan mempengaruhi pula kepada produksinya, cara pengerjaan membutuhkan ketelatenan
serta tidak dapat secara cepat menyediakan bibit cangkok dalam jumlah banyak. Cabang
yang akan dilakukan pencangkokan harus dalam kondisi sehat dan baik serta
berbentuk lurus serta berasal dari pohon induk yang mempunyai produksi tinggi.
Dalam melakukan pengeratan atau pelukaan cabang harus menggunakan alat atau
pisau yang tajam dan bersih. Kambium pada bidang pengeratan harus dikeringkan dengan
benar sebelum diberikan media tumbuh. Media tumbuh untuk mencangkok harus
mempunyai sifat: ringan, dapat menyimpan air dengan lama, mudah ditembus akar,
banyak mengandung unsur hara dan mudah di dapat. Dalam pencampuran media harus
merata dan dibalut dengan pembungkus yang baik. Keberhasilan mencangkok sangat
ditentukan oleh jenis tanaman, media, cara kerja dan waktu pelaksanaan. Pemotongan
hasil cangkokan (bibit) dilakukan tepat dibawah perakaran, bibit hasil
cangkokan segera dilakukan aklimatisasi/ adaptasi sebelum ditanam di
lahan/lapangan.
d. Tugas
1) Menyiapkan peralatna dalam melakukan
pencangkokan tanaman
2) Memilih pohn induk sesuai dengan
criteria pohon induk berkualitas atau unggul
3) Menentukan canga yang akan dicangkok
4) Menyiapkan campuran media pengisi
dalam melakukan pembalutan pada cabang yan dicangkok
5) Lakukan penyayatang dengna baik dan
benar
6) Membungkus dan mengikat pembalut medi
acangkok dengna benar
7) Memotong hasil cangkok tepat dibawah
sayatan.
e. Latihan
1) Jelaskan mengapa dalam mencangkok
diperlukan penggunaan pisau yang tajam?
2) Mengapa kambium pada cangan pohon
induk yang akan dicangkok harus dibersihkan?
3) Jelaskan keuntungan apa yang didapat
dari mencangkok?
Kunci Jawaban
1) Karena dengan menggunakan pisau yang
tajam dapat dihasilkan suatu keratin yang halus, bersih, rapi serta tidak perlu
mengulang beberapa kali keratin, dengan demikian tidak mengganggu pertumbuhan
akar nantinya
2) Kambium merupakan suatu tabung yang
berada antara xylem dan floem hasil kerja kambium berupa pertambahan lingkaran batang
berkayu untuk menghindari kejadian ini pada luka sayatan juga agar proses
pertumbuhan tidak terganggu, kambium harus dihilangkan
3) Dengan mencangkok maka sifat unggul
dari tanaman/pohon induk dapat diwariskan atau diturunkan kepada anaknya disamping
itu bibit hasil cangkokan tidak perlu memulai pertumbuhan vegetatifnya dari
awal, tetapi tinggal melanjutkan pertumbuhannya selama masih berupa cabang pada
pohon induknya.
g. Lembar Kerja
1) Pendahuluan
Tingkat keberhasilan dalam mencangkok
banyak dipengaruhi oleh ketajaman peralatan yang digunakan, kebersihan dalam penghilangan
cambium, kelembaban media cangkok selama pemeliharaan serta pemilihan pohon
induk yang sehat dan produktif. Sementara cara hambatnya pertumbuhan akar dalam
mencangkok ditentukan oleh beberapa hal yaitu jenis tanaman, media cangkokan,
cara mencangkok dan waktu mencangkok. Setelah cangkokan dipotong dari pohon
induk, maka tahapan berikutnya adalah penyeamaian bibit sebelum ditanam di
lahan pertanaman. Kegiatan penyiraman danpemupukan tetap diberikanselama penyemaian
bibit.
2) Tujuan
Kegiatan ini bertujuan agar siswa mampu
melakukan mencangkok dan merawat hasil cangkokan sampai siap tanam di lahan
3) Alat dan Bahan
(a) Pisau yang tajam
(b) Gunging dahan dan gergaji dahan
(c) Cabang yang terpilih daripohon induk
sehat dan produktid
(d) Media penutup luka sayatan
(e) Penutup (pembungkus) luka sayatan
(f) Tali penutup
(g) Air untuk penyiraman
(h) Pupuk NPK
4) Keselamatan Kerja
Terutama dalam menajamkan alat,
hendaknya dilakukan secara hati-hati dan perlahan. Diusahakan jarak antar
pengasah satu dengan yang lainnya cukup jauhsehinga kecil kemungkinana untuk
dapa tmengenai tangna pengaah lainnya. Apabila dalam mencangkok diperlukan alat
tambahan karena letak cabang yang tinggi,maka pastikan dalam keadaan mantap
(jangan dilakukan sendirian).
5) Langkah Kerja :
a) Mengasah pisau supaya tajam untuk
melakukan penyayatan
b) Menyiapkan media cangkok sesuai
criteria yang dipilih
c) Melakukan penyayatan dengan hati-hati
dan benar
d) Mengeringkan kambium dengan lap
kering dan bersih atau dikerik dengan pisau
e) Membungkus, mengisikan media dan
mengikat pembungkus cangkokan
f) membuat medi atetap lembab dengan
penyiraman
g) Memotong cangkokan yang sudah jadi dengan
benar
h) Merawat bibit selama dalam
media/tempat penyemaian.