A.
Pengetahuan
yang Diperlukan dalam Menyiapkan Bahan Sterilisasi
Kultur jaringan meliputi penanaman sel atau agregat sel, jaringan, dan organ tanaman pada medium yang mengandung gula, vitamin, asam-asam amino, garam-garam anorganik, air, zat pengatur tumbuh, dan bahan pemadat. Komposisi medium tumbuh ternyata sangat menguntungkan pula bagi pertumbuhan cendawan dan bakteri. Bila diberi kesempatan maka mikroorganisme tersebut akan tumbuh dengan cepat dan dalam waktu singkat akan menutupi permukaan medium serta eksplan yang akan ditanam. Selanjutnya, organisme tersebut akan menyerang eksplan melalui luka-luka akibat pemotongan dan penanganan pada saat sterilisasi sehingga mengakibatkan kematian eksplan. Disamping itu, beberapa jenis mikroorganisme melepaskan senyawa beracun ke dalam medium kultur yang dapat menyebabkan kematian jaringan. Oleh karena itu, dalam inisiasi suatu kultur yang aksenik, artinya kultur hanya dengan satu macam organisme yang diinginkan (dalam hal ini jaringan tanaman).
Beberapa sumber kontaminan mikroorganisme pada sistem kultur jaringan dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a.
Medium sebagai akibat proses sterilisasi yang tidak
sempurna.
b.
Lingkungan kerja dan pelaksanaan penanaman yang kurang
hati-hatidan kurang teliti.
c.
Eksplan.
d.
Secara internal (kontaminan terbawa di dalam jaringan).
e.
Secara eksternal (kontaminan berada di permukaan eksplan)
akibat prosedur sterilisasi yang kurang sempurna.
f.
Dari serangga atau hewan kecil yang berhasil masuk ke
dalam botol kultur setelah diletakkan di dalam ruang kultur ataupun ruang stok.
Dari semua sumber kontaminasi, yang paling sulit diatasi adalah yang
berasal dari eksplan. Oleh karena itu, dalam memilih suatu metode sterilisasi
haruslah selektif, kita hanya mengeliminasi jamur atau bakteri yang tidak
diinginkan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap bahan eksplan.
Untuk menghilangkan sumber infeksi, bahan eksplan haruslah disterilkan
sebelum ditanamkan pada medium tumbuh. Jaringan ataupun organ yang terinfeksi
jamur atau bakteri sistemik hendaknya dibuang.
Sterilisasi eksplan
merupakan salah satu prosedur yang digunakan untuk menghilangkan kontaminan
mikroorganisme pada eksplan. Pemeliharaan suci hama dan penyakit (keaseptikan)
atau kondisi steril sangat esensial untuk keberhasilan dalam prosedur kultur
jaringan. Keadaan aseptis ini diperlukan untuk semua botol kultur yang akan
digunakan, media kultur, peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan penanaman
eksplan. Selain itu eksplan yang akan dikulturkan pada media kultur itu sendiri
harus steril yang berarti bebas dari berbagai agen/sumber kontaminan hidup.
Oleh karena itu tahap sterilisasi sering menjadi kendala utama keberhasilan
perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Kontaminan hidup dapat berupa
cendawan, bakteri, tungau, serangga dan telurnya. Apabila kontaminan tersebut
tidak dihilangkan maka pada media yang mengandung gula, vitamin dan mineral
dalam waktu singkat akan dipenuhi kontaminan sehingga mengakibatkan eksplan
menjadi mati.
Prosedur di bawah ini dalam praktiknya sering dilakukan dengan berbagai
modifikasi, disesuaikan dengan jenis eksplan, tingkat kelunakan jaringan, dan
kandungan kontaminan pada eksplan yang digunakan. Prosedur sterilisasi
permukaan eksplan yang sering digunakan diuraikan sebagai berikut:
a.
Eksplan yang diambil dari tanaman induk dicuci di bawah
air keran yang mengalir dengan diberi sedikit detergen yang gmembersihkan
kotoran yang melekat di permukaan terluar eksplan.
b.
Eksplan (batang berbuku, daun muda, empulur batang, umbi
batang, dan umbi akar) dipotong-potong menjadi bagian yang keci, sekitar 0,5 –
2 cm.
c.
Eksplan yang sudah dipotong-potong, dicuci lagi dengan
air keran. Untuk mencegah pencokelatan di permukaan, eksplan dapat juga
direndam dalam larutan berisi 50 mg/1 asam sitrat dan 150 mg/l asam askorbat
sebagai antioksidan .
d.
Khusus untuk tanaman berkayu, eksplan biasanya dicelupkan
ke dalam alkohol 70% selama beberapa detik. Tujuannya untuk menghilangkan
gelembung udara, meningkatkan daya antar desinfektan, sekaligus mematikan
sebagian kontaminan di permukaan eksplan.
e.
Eksplan direndam-dikocok dalam larutan NaOCl 0,5 – 1% dan
dua tetes Tween-20 per 100 ml selama 5 – 20 menit. Dapat juga eksplan
dimasukkan ke dalam wadah berisi larutan NaOCl yang dilengkapi dengan
penyedotan vakum selama 5 – 20 menit.
f.
Jika tingkat kontaminasinya terlalu tinggi, perendam-kocokan
dalam larutan NaOCl sebaiknya diulang dengan konsentrasi larutan yang lebih
rendah dan dengan waktu perendaman lebih singkat. Contohnya, jika perendaman
pertama dilakukan dalam larutan pemutih pakaian 20% (NaOCl) selama 15 menit,
perendaman kedua sebaiknya dilakukan dalam larutan pemutih pakaian
berkonsentrasi 5 – 10% selama 5 – 10 menit.
g.
Eksplan dibilas tiga kali dengan air steril (air yang
sudah disterilisasi dengan autoklaf). Eksplan yang sudah dibilas dengan air
steril ini sudah siap untuk ditanam.
Untuk meminimalkan tingkat kontaminasi dan mendapatkan pertumbuhan eksplan
yang cepat, beberapa perlakuan terhadap tanaman induk sumber eksplan dapat
diterapkan sebagai berikut:
a.
Pemeliharaan tanaman induk di rumah kaca dengan
pengendalian hama dan penyakit tanaman secara intensif.
b.
Pemangkasan tanaman induk diikuti dengan pemupukan yang
seimbang. Flush atau trubusan baru
yang tumbuh setelah pemangkasan digunakan sebagai eksplan. Flush yang tumbuh tersebut
sebaiknya disemprot dengan fungisida sistemik (Benlate) dan bakterisida
(Agrept) agar tumbuhnya lebih sehat.
c.
Perlakuan tanaman induk dengan temperatur tertentu
seperti dengan suhu rendah (4 oC) atau suhu tinggi (35 oC).
d.
Perlakuan tanaman induk dengan ZPT seperti sitokinin atau
giberelin. Sitokinin untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas aksilar, sedangkan
giberelin untuk merangsang pemanjangan tunas.
Pemeliharaan tanaman induk dalam keadaan yang lebih higienis yaitu dengan
menumbuhkannya di dalam rumah kaca dengan pengendalian hama dan penyakit
tanaman yang intensif terbukti dengan mengurangi tingkat kontaminasi eksplan
yang diambil dari tanaman induk tersebut, terutama yang disebabkan oleh
cendawan. Namun, cara ini sulit diterapkan untuk kontaminasi yang disebabkan
oleh mikroorganisme endofitik, terutama bakteri.
Kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme endofitik (mikroorganisme
yang hidup di dalam sel atau ruang antarsel tanaman) yang sering merupakan
biota dari tanaman sumber eksplan, sulit diatasi dengan sterilisasi permukaan.
Keadaan ini diakibatkan koloni bakteri sering tidak muncul pada saat eksplan
baru dikulturkan pertama kali, tetapi beberapa minggu kemudian muncul koloni
bakteri. Bakteri tersebut tetap ada setelah disbukulturkan berkali-kali, karena
hidupnya memang secara epifit di dalam jaringan tanaman.
Selanjutnya, cara-cara yang sering digunakan untuk mengatasi kontaminasi
kultur yang persisten sebagai berikut:
a.
Pencucian ulang dengan sodium hipoklorit konsentrasi rendah,
seperti menggunakan pemutih pakaian 5% (setara dengan 0,25% NaOCl).
Pembuatannya dilakukan dengan cara melarutkan 5 ml pemutih pakaian dan 95 ml
aquades.
b.
Penggunaan media yang mengandung antibiotik.
c.
Penggunaan eksplan berukuran sekecil mungkin seperti
meristem dengan beberapa primordia daun.
d.
Pemotongan bagian teratas eksplan yang telah tumbuh.
Bagian atas saja yang disubkulturkan, sedangkan bagian bawahnya dibuang atau
diaklimatisasi. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang hingga kontaminasi
teratasi.
Beberapa penelitian menganjurkan penggunaan campuran antibiotik sebagai
berikut:
a.
25 mg/ml cefotaksim + 25 mg/ml tetrasiklin + 6 mg/ml
rifampisin + 6 mg/ml polymixin B.
b.
20 mg/ml rifampisin + 20 mg/ml trimethoprim.
c.
20 mg/ml gentamisin + 20 mg/ml kanamisin + 30 mg/ml
khlor-tetrasiklin + 60 mg/ml khloramfenikol + 75 mg/ml rifampisin + 750 mg/l
benomil.
B. Fungsi Bahan sterilisasi
Sterilisasi eksplan dengan bahan sterilisasi adalah
sebatas membersihkan debu, cendawan, bakteri dan kontaminan lain dari bagian
permukaan eksplan atau disebut dengan desinfestasi. Ada berbagai macam bahan sterilisasi yang
memiliki interval konsentrasi penggunaan, waktu sterilisasi dan fungsi
berbeda-beda. Pemilihan bahan sterilisasi untuk setiap eksplan perlu diketahui terlebih dahulu
apakah kontaminannya berupa kontaminan eksternal atau kontaminan internal.
Bahan tanam yang mengandung kontaminan eksternal dipilih bahan sterilisasi yang
dapat membersihkan permukaan luar eksplan. Sedangkan pada eksplan yang
mengandung kontaminan internal yaitu kontaminan yang berasal dari jaringan
tanaman itu sendiri perlu diberi perlakuan antibiotik atau fungisida dan
bakterisida sistemik. Berbagai bahan sterilisasi eksplan,
konsentrasi, waktu dan fungsinya tercantum pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Bahan Sterilisasi Eksplan, Konsentrasi, Waktu Sterilisasi dan Fungsinya
Bahan Sterilisasi |
Penggunaan |
Waktu Sterilisasi |
Fungsi |
Detergen |
Secukupnya |
Secukupnya |
Membersihkan
kotoran dan getah eksplan |
Fungisida |
2
gram/liter |
30
menit |
Sterilisasi
eksplan dari cendawan |
Bakterisida |
2
gram/liter |
30
menit |
Sterilisasi
eksplan dari bakteri |
Alkohol |
70 -
95 % |
1-5
menit |
Desinfektan |
Sodium
hipoklorit (Clorox) |
5 - 30
% |
5-30
menit |
Desinfektan |
Mercury
khlorida (Sublimat) |
0,01 -
0,1 % |
2-10
menit |
Desinfektan |
Tween-20 |
1 - 3
tetes |
Secukupnya |
Agen
pembasah |
Antibiotik |
Sesuai
dosis |
Secukupnya |
Anti
bakteri dan jamur |
Iodine |
10 % |
15-30
menit |
Antiseptik |
Teknik sterilisasi yang digunakan untuk sterilisasi eksplan
harus selektif dalam pemilihannya. Hal ini bertujuan agar bahan sterilisasi yang digunakan dapat sesuai dengan
jenis eksplannya. Setiap eksplan mempunyai tingkat kontaminan permukaan yang
berbeda, tergantung jenis tanamannya, bagian tanaman yang dipergunakan,
morfologi permukaan (misalnya : berbulu atau tidak), lingkungan tumbuh (green house atau lahan), musim waktu
mengambil (musim hujan atau kemarau), umur tanaman (seedling atau tanaman dewasa) dan kondisi tanaman (sakit atau
sehat).
Bahan-bahan sterilisasi yang dapat digunakan untuk sterilisasi bahan
tanaman sudah banyak tersedia. Larutan hipoklorit (natrium ataupun kalsium)
telah terbukti efektif pada kebanyakan bahan tanaman. Misalnya, perlakuan
Na-hipoklorit 0,3 – 0,6% selama 15 – 30 menit terbukti efektif untuk
sterilisasi sebagian besar bahan tanaman. Perlu diingat, bahan sterilisasi
bersifat meracuni jaringan. Oleh karena itu, tingkat konsentrasi dan lamanya
perlakuan harus benar-benar diperhatikan untuk mengurangi resiko kematian
jaringan.
Penggunaan merkuri klorida (HgCl2) telah terbukti efektif untuk
sterilisasi bahan tanaman yang berasal dari lapangan. Meskipun demikian,
penggunaan HgCl2 merupakan pilihan terakhir jika bahan-bahan lain
ternyata tidak mampu untuk memusnahkan mikroorganisme yang menginfeksi bahan
tanaman. Hal itu dikarenakan sifat senyawa tersebut sangat beracun sehingga
memerlukan penanganan yang sangat hati-hati. Jika menggunakan HgCL2,
sisa larutannya harus dikumpulkan dalam satu wadah kemudian dibuang di suatu
tempat yang tidak akan mencemarkan sumber air minum.
Pada umumnya, jika eksplan yang digunakan agak keras dan cukup besar maka
dapat segera disterilisasi dengan disinfektan. Pada kultur biji atau endosperm
dewasa tanaman Euphorbiaceae, sterilisasi dilakukan terhadap seluruh biji atau
biji-biji yang dikupas. Bila ovul, embrio, atau endosperm muda yang akan
dikulturkan maka metode yang dipakai adalah mensterilkan ovari ataupun ovul dan
mengambil eksplan di bawah kondisi aseptik sehingga jaringan inokulum yang
lunak terlindungi dari pengaruh bahan sterilisasi yang bersifat racun. Sama
halnya dengan kultur anther, tunas bunga disterilkan dan eksplan anther
diisolasi secara aseptik.
Bahan sterilan cair perlu diperhatikan konsentrasinya dalam penggunaannya, sementara
bahan sterilisasi padat perlu dilakukan penimbangan beratnya dan perlu
dilarutkan terlebih dahulu ke dalam aquades steril sehingga dapat diperoleh
sejumlah konsentrasi yang sesuai dengan ketentuan dalam proses sterilisasi
eksplan (g/ml). Diketahui bahan sterilan yang perlu dilakukan penimbangan
adalah fungisida, bakterisida, HgCl2 dan Ca-hipoklorit.
Contoh:
a.
Fungisida dan bakterisida
- timbang bahan sebanyak 0,2 g
- larutkan dengan air steril 100 mL
- siap digunakan.
b.
HgCl2
- timbang bahan sebanyak 0,05 – 0,1 g
- larutkan dengan 100 mL air steril lalu diaduk hingga
larut dan merata
- tutup dengan
plastik atau kertas steril (jangan menggunakan alumunium foil)
- siap digunakan.
c.
Ca-hipoklorit
- timbang bahan sebanyak 0,2 g
- larutkan dalam HCl 1 N secukupnya
- tambahkan air steril hingga volumenya 100 mL
- siap digunakan.
Sumber : Modul diklat berbasis kompetensi bidang pertanian tanaman pangan, tanaman perkebunan dan hortikultura sub bidang kultur jaringan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar