Jumat, 09 Oktober 2015

MENCANGKOK TANAMAN



Ada kalanya, dipilih cara mencangkok apabila pohon yang akan dicangkok tidak dapat diperbanyak dengan pembiakan vegetative lainnya yang lebih mudah, misalnya dengan stek. Jenis-jenis tanaman yang biasa dicangkok adalah pohon buah-buahan misalnya : mangga, beberapa jenis jeruk (jeruk besar, jeruk nipis, jeruk manis dan jeruk siem), berbagai jenis jambu (jambu biji, jambu air dan jambu monyet), delima, belimbing manis, lengkeng dan sebagainya. Selain tanaman buah-buahan, beberapa tanaman hias juga bisa dicangkok misalnya: bunga sakura, kemuning, soka, nusa indah, bougenvil, cemara dan sebagainya.
Tanaman yang tersebut di atas adalah tanaman berkayu yang mudah dicangkok. Adapula tanaman berkayu yang sulit di cangkok, namun karena telah ditemukan caranya, akhirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok. Sebagai misalnya adalah cemara atau tanaman berdaun lainnya. Tanaman tak berkayu pun berhasil dicangkok. Tentu saja dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh kasus tanaman ini adalah pepaya dan dieffenbachia. Salak juga berhasil “dicangkok” dengan cara menampung tunas anakannya yang tumbuh.
Cara pembiakan dengan cara mencangkok dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya kita menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanannya terhadap hama dan penyakit, rasa buah (khususnya untuk tanaman buah-buahan), keindahan bunga (untuk
tanaman hias) dan sebagainya. Karena seperti yang kita ketehui bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan hampir seratus persen menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat biasanya disebabkan oleh mutasi gen. Walaupun banyak keunggulannya, namun teknik perbanyakan dengan mencangkok ini tidak terlepas dari beberapa kelemahan. Sebenarunya mencangkok dapat dilakukan baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Bila mencangkok pada musim kemarau, memang kita harus rajin menyiraminya agar kelembaban media tetap terjaga. Tetapi lazimnya cangkokan lebih cepat jadinya, karena pada saat ini pertumbuhan akar sedang aktif. Sedangkan bila mencangkok dilakukan pada musim hujan, tentunya kita tidak akan repot menyiraminya. Lagi pula bila kita lakukan pada awal musim hujan, maka dalam musim itu juga cangkokan telah jadi bibit dan dapat ditanam.
Tumbuhan meperoleh zat-zat hara dari lingkungan. Penyerapan bahan itu berlangsung secara difusi, osmosis dan transpor aktif. Pada tumbuhan bersel satu/bahan-bahan dapat diserap langsung dari lingkungannya melalui proses-proses tersebut. Tetapi tumbuhan tingkat tinggi, memerlukan sistem pengkutan yang lebih panjang dari proses-proses itu, yaitu dibantu dengan sistem pembuluh angkut (vaskuler) yang lebih menguntungkan.
Pengangkutan bahan-bahan pada tumbuhan dapat dilakukan dengan dua jalan, yaitu :
1) Pengangkutan bahan melalui jaringan di luar berkas pembuluh angkut, disebut pengangkutan ekstra vaskuler. Oleh karena jaringa-jaringan ini bersifat hidiup, maka sistem pengankutan bahan menggunakan transportassi antar membran sel, seperti melalui jaringan parenkim kortek dan empulur.
2) Pengankutan bahan melalui sestem berkas pembuluh angkut, disebut pengangkutan intravaskuler. Umumnya jaringan berkas pembuluh memiliki dinding melintang yang hilang (sebagian atau seluruhnya) maka sestem pengangkutan ini jauh lebih cepat daripada pengankutan ekstravaskuler. Berkas pembuluh angkut terdiri atas dua macam jaringan, yaitu :
a.    Xilem : ialah pembuluh kayu yang berfungsi mengankut bahan-bahan yang berasal dari tanah melewati akar hingga ke daun untuk bahan asimilasi.
b.    Floem:  ialah pembuluh tapis/ayak yang berfungsi mengangkut zat-zat makanan hasil asimilasi untuk diedarkan ke seluruh tubuh tumbuhan.
Di dalam daun, zat-zat yang diangkut melalui pembuluh xilem diolah melalui fotosintesis  atau asimulasi zat lain. Hasil asimilasi zat ini perlu diangkut ke seluruh bagian tumbuhan melalui jalan lainnya, yaitu pembuluh floem (pembuluh tapis/ayak). Pembuluh floem terletak di luar pembuluh kayu (xilem) pada tumbuhan berkayu. Pengankutan zat hasil aimilasi ini penting untuk pembangunan tubunya atau membentuk korgan-organ tubuh barunya. Hasl ini dapat ditunjukan pada pengelupasan kulit batang yang dicangkok, pengeluaran getah dan pembentukan kalus.
Proses pengankutan zat-zat makanan hasil asimilasi ke bagian tubuh lainnya disebut translokasi. Zat-zat yang dibentuk dalam asimilasi lebih banyak daripada yang dibongkar untuk respirasi atau pernafasan>Adanya kelebihan zat, sebagian digunakan untuk pembentukan sel-sel baru atau pertumbuhan dan sebagian lagi misalnya dalam jaringan perenkin dan kelenjar. Zat-zat makanan cadangan yang ditimbun dalam bagian tumbuhan, contohnya :
1)    Karbohidrat disimpan di bagian : umbi, ubi (seperti: kentang, singkong, ketela rambat, wortel, bit, dan sebagainya), batang (seperti : tebu, sagu), rhizoma (seperti : jahe, alang-alang, gayong, dan sebagainya) dan buahnya (seperti : pisang, mangga, apel, dan sebagainya.
2)    Lemak/minyak disimpan di bagian : umbi (bawang), daunnya (kayu putih), batang dan akar (sereh), dan biji-bijian (kacang tanah, kelepa sawit, kemiri, dan sebagainya).
3)    Protein disimpan dibagian: bijinya (kedelai, kacang hijau, buncis, dan sebagainya)
Bibit cangkokan termasuk jenis bibit yang diperoleh secara vegetatif, tanpa melalui proses perkawinan (aseksual). Sistem pencangkokan sebanarnya merupakan bagian dari cara perbanyakan dengan pembumbunan (layerage). Namun, bedanya pada system pencangkokan ialah pembumbunan dilakukan di udara (di atas permukaan tanah), sedangkan pembumbunan biasanya dilakukan di tanah dengan melengkungkan cabang atau membumbun cabang yang berada di bawah. Pencangkokan lebih banyak digunakan pada tanaman buah karena kebanyakan cabang tanaman ini tidak dapat
dilengkungkan seperti cara pembumbunan yang umum. Bibit cangkokan diperoleh dengan menghambat proses pengiriman zat makanan dari daun ke akar dengan menghilangkan lapisan kambium cabang tanaman induk. Selanjutnya pada bagian tersebut dilakukan pembumbunan untuk memberi kondisi yang sesuai bagi pertumbuhan akar sehingga ditempat tersebut akan tumbuh akar. Selama pertumbuhan akar, cabang tersebut masih bersatu dengan induknya sampai pertumbuhan akarnya mencukupi sehingga dapat dipindahkan menjadi bibit tanaman. Setelah jumlah akarnya
mencukupi, cabang tersebut dipotong sehingga terbentuklah bibit yang siap tanam. Namun, akar yang tumbuh pada bibit cangkokan ini tidak sebaaik akar yang terbentuk pada bibit dari biji. Akarnya lebih pendek dan cenderung tumbuh ke samping sehingga daya jangkau akar dalam menyerap makanan dan air lebih dangkal.
Kelebihan cara pembiakan cangkokan antara lain :
1) Pohon dari bibit cangkokan lebih cepat berbuah.
2) Dapat mewarisi sifat baik dari tanaman induk karena induknya
dapat dipilih yang memiliki sifat baik.
Adapun kelemahannya antara lain :
1) Perakaran pohon cangkokan kurang kuat dan dangkal.
2) Bentuk pohon induk menjadi rusak.
3) Tidak dapat menyediakan bibit yang relatif banyak dalam waktu
yang cepat.
4) Cara pengerjaan sedikit lebih rumit dan memerlukan
ketelatenan.
5) Jika sering dilakukan pencangkokan terhadap pohon induk maka
produksi buah pohon induk menjadi terganggu.
Pertumbuhan bibit cangkokan tidak dimulai dari awal, tetapi lanjutan dari pertumbuhannya sebagai cabang dari tanaman induknya. Oleh karena itu tanaman yang berasal dari bibit cangkokan tidak memerlukan waktu yang tidak terlalu lama untuk pertumbuhan vegetatif awalnya. Oleh karena pertumbuhan vegetatif awalnya tidak terlalu lama, maka sosok tanaman pun cenderung lebih pendek. Selain itu, pertumbuhan vegetatifnya lebih banya digunakan untuk pembentukan cabang sehingga tanaman cenderung mejpunyai pertumbuhan cabang yang lebih banyak. Bibit cangkokan dapat dibedakan dari bibit biji dengan melihat sosoknya yang lebih pendek
pada umur dan kondisi yang sama dengan bibit dari biji.
Bibit cangkokan dapat digunakan untuk lahan yang memiliki tanah dangkal dan sebaiknya dihindari penggunaannya untuk lahan yangmemiliki air tanah dalam. Bibit cangkokan memiliki kelemahan yaitu perakarannya yang dangkal. Jika ditanam di daerah yang memiliki air tanah dalam, bibit ini akan mendapat kesulitan dalam penyerapan air tanah. Dalam melakukan kegiatan mencangkok tanaman yang perlu dipersiapkan adalah: peralatan, pohon induk dan media cangkok. Peralatan yang diperlukan tidaklah harus peralatan modern dengan harga yang mahal, tetapi cukup dengan peralatan yang sederhana asal dapat digunakan dengan baik dan sesuai dengan keperluan. Pisau okulasi sebenarnya sangat cocok untuk pekerjaan menyayat kulit dahan, tetapi apabila pisau ini dianggap mahal, dapat saja menggunakan pisau biasa asalkan cukup tajam. Ketajaman pisau sangat perlu, karena dengan pisau yang tajam dapat dihasilkan suatu keratan yang halus, bersih, rapi serta tidak perlu mengulang beberapa kali keratan, dengan demikian tidak mengganggu pertumbuhan akar nantinya. Alat lain yang diperlukan adalah gunting pangkas atau yang sering juga disebut gunting dahan. Sesuai dengan namanya, gunting ini digunakan untuk menggunting dahan atau ranting-ranting daun yang jumlahnya berlebihan. Jika tidak ada gunting dahan maka bisa juga digunakan sabit atau pisau. Peralatan atau pisau yang kurang tajam hendaknya dibuat tajam dengan cara mengasahnya. Dengan menggunakan batu asah, kita dapat menajamkan pisau dengan hati-hati. Apabila batu asah yang dipakai mempunyai dua bagian yakni bagian yang lebih kasar dan bagian permukaan yang lebih halus, maka gosoklah atau asahlah sisi pisau yang akan dibuat tajam pada bagian batu asah yang mempunyai permukaan kasar terlebih dahulu. Setelah didapatkan ketajaman yang lebih baik maka untuk menyempurnakannya, lanjutkan dengan mengasahnya pada bagian batu asah yang mempunyai permukaan lebih halus. Selama mengasah pisau hendaklah senantiasa disertai dengan pemberian air secukupnya, agar dapat mengurangi panas yang timbul akibat pergesekan antara pisau dengan batu asah itu sendiri. Posisi atau arah pengasahan pisau hendaknya satu arah saja dan berkali-kali dengan perlahan-lahan tidak usah terlalu cepat. Sangat perlu diperhatikan tentang keamanan tangan perasah agar jangan sampai terluka pada saat melakukan pengasahan. Dewasa ini tidak menutup kemungkinan mengasah pisau dengan selain menggunakan batu asah saja, namun sudah tersedia juga alat pengasah dari pabrik yang terbuat dari dua lempengan saja berbentuk lingkaran. Yang mana dalam penggunaannya, kita tinggal memasukkan sisi pisau yang ditajamkan ke celah pertemuan dua sisi lempengan baja tersebut dan mendorong pisau dengan sedikit di tekan lakukan beberapa kali maka akan didapatkan pisau yang tajam. Setelah peralatan dipersiapkan dengan benar, maka selanjutnya adalah memilih pohon induk dan menentukan cabang atau dahan yang akan dicangkok. Pohon intuk hendaknya sudah cukup umurnya, tidak terlalu muda juga tidak terlalu tua. Pohon yang terlalu tua biasanya mempunyai jumlah cabang yang memenuhi syarat untuk dicangkok hanya sedikit. Sedangkan pohon intuk yang terlalu muda tentu belum diketahui sifat-sifatnya dengan jelas. Bila kita bertanya berapa umur pohon induk yang ideal, tentu sulit untuk menjawabnya yang jelas, pohon induk harus telah berbungan bagi tanaman hias buang dan, telah berbuah sedikitnya tiga kali bagi tanaman buat buahan. Dengan demikian kita sudah tahu keindahan bentuk dan warna bunga, atau kelezatan rasa buah dari tanaman yang akan dicangkok. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah pohon nampak kuat dan subur, serta tidak terserang hama penyakit yang akan dapat menggagalkan hasil cangkokan> Syarat terakhir adalah pohon harus bercabang banyak atau rimbun sehingga setelah dicangkok, pohon tidak akan kehabisan cabang. Dengan telah diketahui dan dipilih pohon induk yang bermutu baik diharapkan bibit hasil cangkokan nantinya akan mempunyai sifat persis atau sama dengan pohon induknya.
Tahapan selanjutnya adalah mengamat-amati cabang yang kiranya tepat digunakan sebgagai bibit cangkokan. Cabang yang baik untuk dicangkok adalah cabang yang ukurannya tidak terlalu besar. Ukurannya kira-kira sebesar kelingking atau pensil. Walaupun demikian, berdasarkan pertimbangan tertentu, cabang sebesar lidi atau pun sebesar lengan manusia, bahkan batang pokok, tetap bisa dicangkok. Asalkan batang atau cabang tersebut berkulit mulus dan berwarna cokelat muda. Pemilihan cabang yang berukuran kecil bertujuan agar dari tiap pohon induk diperoleh belasan sampai puluhan cangkokan tetapi bentuk pohon tidak akan rusak. Selain itu bibit cangkokan ini bila sudah dipindah ke lapangan/lahan pertanaman, akan kecil penguapan airnya. Ini jelas lebih baik mengingat akar cangkokan belum banyak, dengan demikian jumlah air dan zat hara yang terserap belum banyak. Bentuk cabang yang baik adalah lurus atau tegak dan mulus. Cabang yang berwarna kehitaman dan berkerak, pertumbuhan akarnya sedikit dan pendek-pendek. Batang yang tidak mulus ini biasanya disebabkan serangan hama, misalnya karena serangan penggerek batang. TAnda lain bekas gesekan adalah adanya bekas bubuk yang melekat pada cabang. Tidak dipilihnya cabang seperti ini karena akan menghambat aliran air dan hara dari bawah ke pucuk cabang atau bagian atas luka sayatan, akibatnya akan menghasilkan cangkokan yang pucat. Pada cabang yang berwarna cokelat muda akan lebih cepat terbentuk kalus dan akar. Kalus adalah penutup luka. Cabang masih berwarna hijau dan muda hanya mempunyai sedikit persediaan makanan, sehingga pertumbuhan akar cangkokan akan lambat dan jumlahnya sedikit. Bibit cangkokan yang demikian akan mengalami kesulitan hidup di lapangan. Begitu juga bila dipilih cabang yang sudah terlalu tua. Panjang cabang yang dipilih hendaknya berukuran 20 – 30 cm saja, kalau terlampau panjang, nanti akan mengalami kesulitan pada waktu penanaman dilahan. Selain itu pohonnya akan jangkung tidak karuan. Apalagi dewasa ini orang lebih suka dengan tanaman yang kecil namun telah menghasilkan/walaupun hasilnya sedikit. Bibit cangkokan yang kecil juga mempunyai keuntungan karena mudah dibentuk, sehingga tanaman buah pun bisa berfungsi sebagai tanaman hias. Jumlah daun yang akan disertakan pada batang cangkokan harus banyak. Banyaknya helaian daun ini akan memperbanyak makanan yang diolah, sehingga sangat menunjang pembentukan dan
pertumbuhan akar bibit hasil cangkokan. Cabang yang gundul sukar menumbuhkan akar. Mengingat fungsi daun adalah sebagai pabrik lahan makanan bagi tumbuhan maka jangan sampai daun yang ada pada cabang cangkokan di kurangi dan terserang ulat atau hama lain. Cabang yang baik untuk dicangkok mempunyai arah ke atas 45 atau ke samping dan rajin berbuah. Cara-cara memilih cabang tersebut di atas belaku untuk semua jenis tanaman, kecuali cemara. Pemilihan cabang cemara untuk dicangkok harus berdasarkan mahkota atau tajuk pohonnya. Maksudnya adalah bagaimana bentuk tajuk tanaman induk setelah dipotong cangnya nanti. Bila memang tanaman cemara itu merupakan pohon induk ditempat pembibitan/ tentu tidak menjadi masalah. Tetapi bagi para pecinta tanaman tentu tidak menginginkan bentuk tajuk tanaman cemaranya akan berkurang keindahannya.
Di dalam melakukan penyayatan cabang cangkokan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yakni :
1) Cabang kecil
Cabang yang berdiameter kurang dari 2 cm digolongkan ke dalam cabang kecil. Kulit kayu yang tepat untuk disayat berada tepat di bawah kuncup daun, karena disitulah terkumpul zat pembentuk akar yang disebut rizokalium. Dalam satu cabang bisa dibuat satu atau lebih sayatan (cangkok berantai).
Cangkok Berantai
2) Cabang besar
Batasan cabang besar disini adalah cabang yang diameternya melebih 2 cm. Dengan besarnya cabang ini maka diperlukan perimbanga jumlah akar yang sesuai untuk memasok air dan zat hara yang nantinya diperlukan setelah hasil cangkokan ditanam. Perakaran yang tumbuh dari bentuk penyayatan seperti pada cabang kecil sering kurang memadai. Oleh karena itulah bentuk sayatan dibuat sedemikian rupa agar bidang yang nantinya ditumbuhi akar menjadi luas
Keratan Bergerigi
Setelah kulit kayu tersayat akan tampak kambium. Kambium yang umumnya terdapat hanya pada tanaman dikotil ini merupakan suatu tabung yang berada antara xilem dan floem.
Hasil kerja kambium berupa pertambahan lingkaran batang berkayu. Untuk menghindari kejadian ini pada luka sayatan juga agar proses pertumbuhan akar tidak terganggu, kambium harus dihilangkan. Untuk membuang kambium ada beberapa cara yakni dianginanginkan selama kurang lebih dua sampai dengan empat hari. Untuk tanaman bergetah seperti sawo misalnya, waktu yang diperlukan adalah 2 – 3 minggu.              Cara lain untuk membuang kambium adalah dengan menggunakan lap kain atau kertas yang bersih. Kain atau kertas ini digosokkan keluka sayatan sehingga kayu kelihatan kering dan terasa tidak licin ada kalanya kertas untuk membersihkan kambium ini dicelupkan dulu ke dalam air garam, dengan demikian kambium yang menyerupai lendir ini akan cepat bersih. Setelah itu dibersihkan dengan air bersih agar keadaan disekitar luka tetap netral. Cara lainnya adalah dikerik dengan pisau secara perlahan-lahan agar tidak melukai kayunya. Bila kayu terluka tentu saja xilem akan terluka juga, padahal peranan xilem ini sanga besar yaitu mengangkut hara dan air dari akar ke seluruh bagian tanaman. Dengan terputusnya saluran pengankutan ini maka batang, cabang/ranting dan daun yga berada di atas luka akan mengering dan hasil cangkokan akan gagal. Akar-akar pada cangkokan bisa tumbuh karena dengan terbuangnya jaringan floem yang terdapat pada kulit cabang, maka zat-zat makanan yang berupa kabohidrat, zat pembentuk akar (rizokalin) dan auxin sebagai zat perangsan pertumbuhan yang berasal dari daun-daun di bagian atas sayatan, tidak akan mengalir ke bagian bawah sayatan, zat-zat ini akan mengumpul di bagian atas sayatan, yang dapat dilihat dengan adanya pembengkakan pada kulit cabangnya. Dan dengan adanya
media yang lembab maka zat-zat tersebut akan merangsang timbulnya akar pada bagian atas sayatan. Cara membungkus sayatan sangat bergantung pada jenis media yang digunakan. Untuk media mos, biasanya mos yang telah dipupuk dan dalam keadaan basah ini dibungkuskan pada sayatan, lalu diikat dengan tali bagian tengahnya. Setelah itu mos dibalut dengan pembalut plastik atau yang lain. Plastik diikata di bagian bawah terlebih dahulu, kemudian pembalut diraikan dan diikat bagian tengah dan atasnya. Ikatan tali di bagian atas sebaiknya janga terlalu kencang, atau diikat dengan cara tali simpul. Jadi bila sewaktu-waktu ini membuka guna menyiramnya, kita tidak akan mengalami kesulitan. Lain lagi bila menggunakan pembalut pot dari tanah, plastik, kaleng dan tabung bambu. Biasanya pembalut ini didasarnya berlubang sebesar cabang yang dicangkok dan telah dibelah pada ke dua sisinya. Cara membungkusnya adalah memasang pot tersebut pada cabang yang telah disayat, lalu belahan sampingnya dirapatkan dengan menggunakan kawat atau tali. Setelah pot ini kelihatan kokoh pada cabang yang di cangkok maka baru medianya dimasukkan sampai paling tidak menutupi luka bekas sayatan. Ukuran pot yang digunakan jangan terlalu besar, cukup yang kecil saja dengan bobot yang ringan. Pot yang terlalu besar justru bisa mematahkan cabang bila terjadi angin kencang. Besar atau diameter pembungkusan in disesuaikan dengan diameter cabang dan panjang cabang yang dicangkok. Biasanya perbandingan antara panjang cabang dan diameter pembungkusnya adalah 5 ; 1. jadi, bila panjang cangkokan 30 cm, maka diameter pembungkusnya adalah 5 cm.
            Pengikatan Pembalut Media

Persyaratan media
Media tanaman untuk pembiakan tanaman secara vegetative khususnya mencangkok banyak sekali macamnya, tinggal memilih mana yang Anda sukai dan tidak susah mencarinya.
Macam-macam media untuk mencangkok yaitu :
- Mos
- Bubuk sabut kelapa
- Pupuk kandang
- Kompos
- Lumut
Media mos banyak digunakan untuk media cangkokan karena bobotnya ringan dan mudah tertembus oleh akar cangkokan. Mos adalah akar kadaka atau akar epifit dari pakis sarang (asplenium nidus)
Bubuk sabut kelapa, sebelum media ini digunakan sebagai media, sebaiknya bubuk ini dilapukkan dulu agar zat hara yang ada pada bubuk ini teruarai sehingga mudah dan cepat tersedia bila diperlukan oleh tanaman. Media ini kurang cocok untuk media cangkokan, karena tidak bisa menyimpat air, sehingga cepat kekeringan dan ada kemungkinan cangkokan gagal apabila tidak rajin menyiram.
Pupuk kandang sesuai dengan namanya media ini berasal dari kotoran hewan, yaitu tinja dan air seni, dan kadang tercampur dengan bahan lain (makanan ternak) pupuk kandang basa digunakan asalkan sudah matang, cirinya pupuk kandang tidak berbau amoniak dan bau lain yang tajam, tidak lembek,becek jadi mudah diuraikan langai, dan sudah tidak berserat. Pemakaian untuk media cangkok sering di campur dengan tanah yang remah (1 : 1).
Kompos merupakan bahan organik yang dapat berfungsi sebagai pupuk dan dapat memperbaiki sifat fisik tanah karena tanah menjadi remah dan mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat dapat hidup lebih subur. Dalam penggunaannya kompos sebagai media cangkok umumnya di campur dengan tanah yang remah (1 : 1)
 Lumut, sebagai bahan untuk media cangkokan, lumut merupakan bahan media yang dapat menyimpan air dengan lama, sehingga sering media untuk cangkokan dicampur dengan lumut. Lumut serng tumbuh dikayu atau dibatu, seberlumnya dipergunakan dulu.
Dengan demikian syarat media cangkokan adalah :
o   Bobotnya ringan
o   Dapat menyimpan air dengan lama (kelembaban)
o   Mudah ditembus akar cangkokan
o   Banyak mengandung unsur hara
o    Mudah di dapat.



Pengaruh media terhadap keberhasilan cangkokan
Proses perbanyakan tanaman dengan cara mencangkok, media juga menentukan terhadap keberhasilan cangkokan untuk itu dalam meilih media haruslah berhati-hati. Dalam mencampur media untuk cangkokan harus merata (homogen) karena apabila tidak merata akan mengganggu pertumbuhan akar. Pencampuran media untuk cangkokan biasanya menggunakan berbandingan. 1 : 1 misalnya kompos dengan tanah yang remah sehingga media yang dipergunakan untuk mencangkok benarbenar sesuai dengan persyaratan yang di butuhkan untuk tumbuhnya akar baru.
Penggunaan media yang salah ataupun dalam pencampuran tidak merata, maka akan mengakibatkan kegagalan di dalam pembiakan dengan cara mencangkokan. Setelah media yang disiapkan sudah sesuai dengan persyaratan maka tinggal mencari pembungkusnya dan tali untuk mengikat pembungkus media. Oleh karena itu dalam memilih pembungkus harus mentaati prosedur atau persyaratan sebagai pembungkus cangkokan.
Macam-macam pembungkus/pembalut cangkokan.
o   Sabut kelapa
o   Tabung bamboo
o   Kaleng bekas
o   Plastik bening
o   Pot tanah atau plastik

macam pembalut media cangkokan
                    
Mencangkok dengan Sabut Kelapa         Mencangkok dengan Tabung Bambu
Plastik Bening              Pot Tanah/Plastik                Kaleng Bekas
Pembalut media cangkokan yang sering digunakan antara lain plastic bening dan sabut kelapa dengan menggunakan tali dari plastik (tali rafia).
Ciri-ciri cangkokan yang siap dipotong
Pemotongan pada cangkokan dapat dimulai apabila cangkokan sudah keluar akar/ tumbuh akar. Untuk mengetahui apakah cangkokan sudah siap untuk dipotong maka Anda harus memperhatikan kondisi cangkokan itu (akar sudah banyak yang tumbuh, umur cangkokan, dan sebagainya) Cepat lambatnya akat dipengaruhi oleh beberapa hal :
o   Jenis tanaman
o   Media cangkokan
o   Cara mencangkok
o   Waktu mencangkok
Pemotongan cangkokan dengan menggunakan alat
o   gunting stek
o   gergaji

Di dalam pemotongan menurut prosedur dan disesuaikan dengan jenis tanaman. Ketepatan di dalam pemotongan cangkokan juga mempengaruhi kegerhasilan tumbuhnya tanaman. Karena pemotongan yang terlalu panjang dari tumbuhnya akar, maka sisa kayu/cabang tersebut bisa dimakan rayak. Untuk itu pemotongan harus tepat di bawah pembungkus cangkokan. Cangkokan yang telah dipotong, sebaiknya jangan langsung ditanam di lahan pertanaman. Suhu di lahan sangat tinggi sehingga akan mengakibatkan penguapan yang hebat, sedangkan penyerapan air oleh akar belum seberapa untuk itulahdaun yang ada perlu dikurangi sebagian. Tidak adanya keseimbangan antara penguapan dan penyerapan air bias mengakibatkan kekeringan dan kematian, maka tanaman hasil cangkokantersebu tlebih baik disemaikan terlebih dahulu agar kuat pertumbhannya. Tempat untuk persemaian bias menggunakan keranjang pot, ataupun polybag (kantong plastic hitam). Polybag relative lebih murah dan selain itu warna hitam sangat diperlukan, mengingat tempat hidup akar adalah di tempat yang gelap.
Media pesemaian sebaiknya terdiri dari campuran “top soil” lapisan tanah bagian atas dengan pupuk kAndang. Perbandinan campuran ini adalah 3:1 , bahan organik tidak perlu berebihan karna adaya serap dan daya ikat ai rnya sangat kurang. Keadaan sepereti ini dapat mengakibatkan tanaman yang telah disipakna. Bila menggunakan polybag sebaiknya dilubangi dulu bagian bawahnya saja, tidak perlu dibagain sampingnya karena fungsi lubang ini untuk membuang kelebihan air.
Tanaman cangkokan yang telah ditanam di pesemaian ini, disimpan pada tempat yang teduh sampai perakaran bertambah banyak. Waktu yang diperlukan kurang lebih 3 bulan. Setelah itu peneduh sedikit demi sedikit dikurangi dengan dmekina diharapkan tanaman mampu membentuk jaringan yang lebih kuat dan mampu beradaptasi dengan teriknya matahari pembentukan kerangkan tanaman yang baik perlu juga dilakukan. Caranya dengan menangkas sedikit demi sedikit ranting yang kurang baik atau di juga tidak produktif.  Perawatan tanaman yang berupa pemupukan diberikan sekali dalam   1-2 bulan dengan NPK dosisi 1 sendok teh per kantung/ Polybag. Penyiraman dilakukan sewaktu kelembaban tanah mulai berkurang. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit, tetap diberikan usaha pengendalian baik dengan pestisida maupun secara terpadu.  Setelah 6 bulan. Tanaman sudah cukup besar dna berbentuk bagus serta telah siap menghadapi guncangan cuasa. Pada saat ini tanaman sudah bias dipindah untuk ditanam pada lahan penanaman-penanaman sebaiknya atau diusahakan pada awal musim penghujan sehingga tidka terlalu direpotkan dalam menyiram tanaman.
Pemupukan sebaiknya diberikan dalam bentuk larutan sehingga pada pemberiannya sekaligus dengan melakukan penyiraman. Hal ini untuk menghemat biaya tenaga kerja dan efisiensi waktu terlarutnya Pupuk NPK sehinga dapt terserap oleh akar tanaman. Jika diperlukan data pula dilakukan pemberian pupuk daun untuk mempercepat proses penyembahan tanaman dari stress.

Rangkuman
Mencangkok adalah kegiatan perbanyakan tanaman secara aseksual atau vegetatif. Proses mencangkok hanya dapat dilakukan pada tumbuhan berkayu karena mempunyai kambium. Pada dasarnya pekerjaan mencangkok adalah menghambat proses pengiriman zat makanan dari daun ke akar dengan menghilangkan lapisan cambium cabang tanaman induk, kemudian pada bagian (luka) tersebut diberikan media tumbuh yang sesuai bagi pertumbuhan akar agar segera tumbuh akar. Kelebihan proses ini adalah pohon hasil cangkoknya. Sedangkan kelemahannya adalah perakaran kurang kuat, bentuk pohon induk menjadi rusak yang akan mempengaruhi pula kepada produksinya, cara pengerjaan membutuhkan ketelatenan serta tidak dapat secara cepat menyediakan bibit cangkok dalam jumlah banyak. Cabang yang akan dilakukan pencangkokan harus dalam kondisi sehat dan baik serta berbentuk lurus serta berasal dari pohon induk yang mempunyai produksi tinggi. Dalam melakukan pengeratan atau pelukaan cabang harus menggunakan alat atau pisau yang tajam dan bersih. Kambium pada bidang pengeratan harus dikeringkan dengan benar sebelum diberikan media tumbuh. Media tumbuh untuk mencangkok harus mempunyai sifat: ringan, dapat menyimpan air dengan lama, mudah ditembus akar, banyak mengandung unsur hara dan mudah di dapat. Dalam pencampuran media harus merata dan dibalut dengan pembungkus yang baik. Keberhasilan mencangkok sangat ditentukan oleh jenis tanaman, media, cara kerja dan waktu pelaksanaan. Pemotongan hasil cangkokan (bibit) dilakukan tepat dibawah perakaran, bibit hasil cangkokan segera dilakukan aklimatisasi/ adaptasi sebelum ditanam di lahan/lapangan.
d. Tugas
1) Menyiapkan peralatna dalam melakukan pencangkokan tanaman
2) Memilih pohn induk sesuai dengan criteria pohon induk berkualitas atau unggul
3) Menentukan canga yang akan dicangkok
4) Menyiapkan campuran media pengisi dalam melakukan pembalutan pada cabang yan dicangkok
5) Lakukan penyayatang dengna baik dan benar
6) Membungkus dan mengikat pembalut medi acangkok dengna benar
7) Memotong hasil cangkok tepat dibawah sayatan.
e. Latihan
1) Jelaskan mengapa dalam mencangkok diperlukan penggunaan pisau yang tajam?
2) Mengapa kambium pada cangan pohon induk yang akan dicangkok harus dibersihkan?
3) Jelaskan keuntungan apa yang didapat dari mencangkok?
Kunci Jawaban
1) Karena dengan menggunakan pisau yang tajam dapat dihasilkan suatu keratin yang halus, bersih, rapi serta tidak perlu mengulang beberapa kali keratin, dengan demikian tidak mengganggu pertumbuhan akar nantinya
2) Kambium merupakan suatu tabung yang berada antara xylem dan floem hasil kerja kambium berupa pertambahan lingkaran batang berkayu untuk menghindari kejadian ini pada luka sayatan juga agar proses pertumbuhan tidak terganggu, kambium harus dihilangkan
3) Dengan mencangkok maka sifat unggul dari tanaman/pohon induk dapat diwariskan atau diturunkan kepada anaknya disamping itu bibit hasil cangkokan tidak perlu memulai pertumbuhan vegetatifnya dari awal, tetapi tinggal melanjutkan pertumbuhannya selama masih berupa cabang pada pohon induknya.
g. Lembar Kerja
1) Pendahuluan
Tingkat keberhasilan dalam mencangkok banyak dipengaruhi oleh ketajaman peralatan yang digunakan, kebersihan dalam penghilangan cambium, kelembaban media cangkok selama pemeliharaan serta pemilihan pohon induk yang sehat dan produktif. Sementara cara hambatnya pertumbuhan akar dalam mencangkok ditentukan oleh beberapa hal yaitu jenis tanaman, media cangkokan, cara mencangkok dan waktu mencangkok. Setelah cangkokan dipotong dari pohon induk, maka tahapan berikutnya adalah penyeamaian bibit sebelum ditanam di lahan pertanaman. Kegiatan penyiraman danpemupukan tetap diberikanselama penyemaian bibit.
2) Tujuan
Kegiatan ini bertujuan agar siswa mampu melakukan mencangkok dan merawat hasil cangkokan sampai siap tanam di lahan
3) Alat dan Bahan
(a) Pisau yang tajam
(b) Gunging dahan dan gergaji dahan
(c) Cabang yang terpilih daripohon induk sehat dan produktid
(d) Media penutup luka sayatan
(e) Penutup (pembungkus) luka sayatan
(f) Tali penutup
(g) Air untuk penyiraman
(h) Pupuk NPK
4) Keselamatan Kerja
Terutama dalam menajamkan alat, hendaknya dilakukan secara hati-hati dan perlahan. Diusahakan jarak antar pengasah satu dengan yang lainnya cukup jauhsehinga kecil kemungkinana untuk dapa tmengenai tangna pengaah lainnya. Apabila dalam mencangkok diperlukan alat tambahan karena letak cabang yang tinggi,maka pastikan dalam keadaan mantap (jangan dilakukan sendirian).
5) Langkah Kerja :
a) Mengasah pisau supaya tajam untuk melakukan penyayatan
b) Menyiapkan media cangkok sesuai criteria yang dipilih
c) Melakukan penyayatan dengan hati-hati dan benar
d) Mengeringkan kambium dengan lap kering dan bersih atau dikerik dengan pisau
e) Membungkus, mengisikan media dan mengikat pembungkus cangkokan
f) membuat medi atetap lembab dengan penyiraman
g) Memotong cangkokan yang sudah jadi dengan benar
h) Merawat bibit selama dalam media/tempat penyemaian.