Sabtu, 17 Desember 2011

PSIKOLOGI KEWIRAUSAHAAN



            Menjadi wirausaha atau tidak menjadi wirausaha, sesungguhnya merupakan pilihan hidup.  Tetapi pilihan yang didasari atas pemahaman, pertimbangan dan pengetahuan yang luas dan mendalam mengenai apa yang akan dilakukan, dapat menjadi awal yang tidak baik jika ternyata pilihan tersebut di kemudian hari ternyata keliru.  Pilihan menjadi wirausaha merupakan alternatif yang paling menjanjikan untuk kehidupan yang akan datang.  Sayangnya pilihan menjadi wirausaha ini belum begitu banyak tumbuh di kalangan generasi muda kita.  Untuk itu membangun jiwa kewirausahaan harus terus menerus dilakukan oleh siapapun yang peduli terhadap masa depan dirinya, keluarga dan masyarakat.
                Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampukan wirausaha dalam  menangani  usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan plelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. 
            Menumbuhkan jiwa wirausaha terkait erat dengan usaha memperbaiki kualitas diri sendiri dan kehidupan rohani, agar kita mampu menjadi personifikasi yang dapat dipercaya dan dihormati karena memiliki standar moral tinggi.  Kecakapan berwirausaha dan itu merupakan salah satu kecakapan hidup adalah kecakapan memobilisasi sumber daya yang ada di sekitarnya untuk mencapai tujuan organisasinya atau untuk keuntungan ekonomi. Kewirausahaan memiliki ciri-ciri: (1) bersikap dan berpikiran mandiri, (2) memiliki sikap berani menanggung resiko, (3) tidak suka mencari kambing hitam, (4) selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya, (5) terbuka terhadap umpan balik, (6) selalu ingin perubahan yang lebih baik, (7) tidak pernah merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya, dan (8) memiliki tanggung jawab moral yang baik.  Dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan, kita juga harus membiasakan diri menciptakan impian, memiliki keyakinan luar biasa, serta ketekunan berusaha. Memupuk kebiasaan berpikir positif dan itu merupakan salah satu kecakapan hidup merupakan hal penting dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan.
            Kegiatan kewirausahaan meliputi adanya peluang, merumuskan  ide, membuat produk/jasa, mengatur organisasi/usaha baru, merumuskan visi jangka panjang untuk tujuan masa depan  dan  menevaluasi  kerja.

Kewirausahaan Dari Perspektif Psikologi 
            Faktor-faktor psikologi dan keputusan mengeksploitasi,  seseorang yang memiliki kemampuan mengeksploitasi peluang wirausaha akan membuat keputusan berbeda dari orang lain pada keadaan dimana informasi dan keahlian sama dan karakter psikologis lebih mempengaruhi kemampuan mengeksploitasi.
Karakteristik psikologi yaitu :
1.      Kepribadian, karakter mendasar pada seseorang yang membawa mereka untuk berperilaku dengan cara tertentu.
Ada 3 (tiga) aspek kepribadian, yaitu :
·         Ekstraversi, tipe kepribadian yang minatnya lebih mengarah ke alam luar dan fenomena sosial daripada terhadap dirinya dan penglamannya sendiri, asertif (sikap dimana seseorang mampu bertindak sesuai keinginannya, membela haknya dan tidak memanfaatkan orang lain), aktif, ambisi, inisiatif dan ekshibisme.
·         Agreeableness / kesepahaman, terkait dengan keramahan, konformitas sosial, keinginan mempercayai, kerjasama, keinginan memaafkan, toleransi dan fleksibilitas.
·         Risk taking / pengambilan resiko, terkait dengan kemauan dalam kegiatan yang mengandung resiko.
2.      Motivasi,  sebagian besar entrepreneur dimotivasi oleh keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri.  Ada 2 macam kebutuhan yang melandasi motivasi seorang entrepreneur yaitu :
·         Need of achievement, adanya penentuan tujuan, perencanaan, dan pengumpulan informasi serta kemauan untuk belajar serta kemampuan membawa dan mengimplementasikan ide kepada masyarakat
·         Need for independence, selain tidak ingin ditentukan oleh orang lain, kebutuhan ini akan memicu seorang entrepreneur untuk menghasilkan produk yang berbeda dengan orang lain dan lebih berani membuat keputusan sendiri dalam mengeksploitasi peluang berwirausaha
Sifat – sifat pribadi yang terkait dengan motivasi kewirausahaan adalah  1. kebebasan (berpikir secara independen dantidak konvensional)  2. Percaya diri ( kepercayaan untuk dapat melakukan dengan berhasil mencapi tujuan dan mengatasi hambatan)  3. Motivasi berprestasi (keinginan untuk memperbaiki, memenuhi standar tinggi dan mencapai tujuan) 4. Proaktif (kecenderungan untuk bertindak dan membuat sesuatu terjadi) 5. Ambisi (keinginan yang kuat untuk mencapai hasil yang tinggi) 6. Energi (tahan banting, daya tahan) 7. Semangat ego (bertindak dalam minat sendiri) 8. Keuletan (tidak kenal kata menyerah).
3.      Evaluasi diri, 
·         Locus of control, kepercayaan seseorang bahwa ia mampu mengendalikan lingkungan sekitarnya
·         Self efficacy, kepercayaan seseorang pada kekuatan diri dalam menjalankan tugas tertentu
4.      Sifat kognitif,  mempengaruhi orang berpikir dan membuat keputusan berwirausaha
·         Over comfidence, kepercayaan diri yang berlebihan
·         Representatif, keinginan mengeneralisasi dari sebuah contoh kecil yang tidak mewakili sebuah populasi
·         Intuisi,  perasaan seseorang bahwa sesuatu itu benar, meski tanpa bukti
5.      Peluang, sebagai sebuah kemungkinan untuk memuasakan kebutuhan pasar melalui sebuah kombinasi sumber-sumber baru yang akan memberikan nilai tambah.
Faktor yang mempengaruhi peluang :
·         Faktor internal, peluang usaha diciptakan dengan kreasi dan  inovasi dari pengusaha.  Dengan adanya inovasi maka pluang baru bagi pengusaha.
·         Jaringan sosial, para pengusaha yang mengalami kontak sosial yang berbeda mampu mengidentiikasi lebih banyak peluang-peluang.   Jaringan sosial biasanya terdiri dari 4 hal, yaitu : lingkaran dalam (hubungan yang stabil dengan orang-orang terdekat),  kumpulan aktivitas (para pekerja/karyawan), partnership ( awal pembentukan anggota-anggota team),  ikatan lemah (dengan kenalan dan teman-teman jauh).
6.      Minat,  minat merupakan elemen penting dalam melakukan perilaku kewirausahaan.   Minat adalah tolak ukur yang mempengaruhi seseorang dalam bertindak.  Minat dapat diukur dengan menggunakan : Teori Reasoned Action (TRA), Teori Planned Behavior (TPB),  Shapero Entreprenerial Event (SEE) dan Tes Empiris.
7.      Berani mengambil resiko, merupakan salah satu ciri dari seorang wirausaha.  Apabila seseorang takut mengambil resiko dalam berusaha maka tidak mungkin orang tersebut berhasil dalam menjalankan usahanya.  Seorang wirausaha biasanya dihadapkan pada 3 (tiga ketakutan yaitu pertama takut rugi, memang usaha apapun selalu beresiko untuk rugi tetapi berpeluang untuk untung.  Kedua takut terhadap ketidakpastian, terutama dalam penghasilan.  Ketiga takut mencoba, sebenarnya takut mencoba tersebut dapat disamakan takut tenggelam.  Wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha.  Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan
8.      Kreatif dan inovatif,  seorang wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa wirausaha dan mengaplikasikan hakekat kewirausahaan dalam hidupnya.  Orang-orang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Wirausahawan adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup.  Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.   Menumbuhkan jiwa kewirausahaan juga harus meningkatkan daya kreatifitas, yaitu mengubah sesuatu yang biasa menjadi komoditas yang bernilai tinggi dan mengguncang pasar. Mengembangkan keterampilan dan ilmu pengetahuan dari buku atau sumber informasi lainnya dan aktif memodifikasi bagian-bagian yang diperlukan sangat penting untuk menciptakan terobosan baru untuk produk, iklan, maupun mencari pelanggan.   
9.      Menumbuhkan pola pikir kewirausahaan, menumbuhkan jiwa kewirausahaan akan membantu kita menguasai seluruh kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir, kemampuan, karakter, serta pengetahuan wirausaha itu sendiri. Pendidikan dan pengajaran dianggap kunci untuk meningkatkan pola pikir dan cara pandang kewirausahaan sebagai kunci untuk menumbuhkan kompetensi, pekerjaan dan kepuasan pribadi.  Kewirausahaan merujuk pada sebuah kemampuan perorangan yang dapat mengubah ide menjadi kegiatan nyata.  Pola pikir kewirausahaan dididik melalui penciptaan iklim sosial kewirausahaan yang lebih menyenangkan, adanya kebijakan yang terpadu dengan tinjauan untuk tidak hanya menguabah pola pikir tetapi juga meningkatkan keterampilan-keterampilan, menyingkirkan hambatan-hambatan untuk mengembangkan usaha atau bisnis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi wirausaha :
a.       Lingkungan keluarga dan  masa kecil (pengaruh pekerjaan orangtua)
b.      Pendidikan (berpengaruh dalam kelanjutan usaha dan problem solving)
c.       Nilai-nilai Personal (yang membedakan dengan pengusaha lain dalam berhubungan dan mengatur organisasi)
d.      Pengalaman Kerja (ketidakpuasan dalam bekerja)



FAKTOR - FAKTOR KEWIRAUSAHAAN




Belum ada kesepakatan yang jelas mengapa seseorang memilih untuk berwirausaha daripada bekerja pada orang lain. Dalam suatu studi yang dilakukan baru – baru ini, ada empat faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang untuk menjadi pengusaha. Empat faktor itu adalah: Individu, kultural, masyarakat, dan gabungan dari ketiga faktor tadi.

  1. Faktor Individual

Banyak ahli yang berpendapat bahwa studi mereka akan membuahkan hasil apabila sifat wirausahawan dapat diungkap lebih jauh, meskipun faktanya, sifat tersebut tidak bisa dijadikan indikator dalam mengukur perilaku wirausahawan. Peter Drucker, adalah salah satu dari sekian banyak orang yang tidak percaya bahwa sifat adalah tolak ukurnya, dan sebaliknya berpendapat bahwa kewirausahaan dapat diajarkan. Seorang profesor dalam bidang kewirausahaan sependapat dengan hal ini:

Kepada semua yang tidak takut mengambil risiko, Akan kutunjukkan kepadamu bagaimana seseorang dapat membenci risiko. Untuk setiap orang yang terlahir sebagai anak pertama yang sukses dalam wirausaha, akan ada satu satu orang yang terlahir sebagai anak tunggal atau anak bungsu yang sukses. Dan setiap wirausaha yang tumbuh dengan mendengarkan pembicaraan orangtuanya yang menjadi pengusaha, akan ada pengusaha yang tumbuh karena didikan keras orangtuanya, atau karena tidak mempunyai orangtua.

Namun, banyak yang percaya bahwa para pengusaha memiliki sifat khusus, dimana sifat ini tidak dapat diajarkan. Seorang enulis dari majalah Business Week tidak setuju dengan pendapatnya Peter Drucker, ”Mungkin Drucker benar, bahwa sifat – sifat wirausaha dapat dipelajari, namun tidak demikian dengan jiwa wirausahawan. Seorang wirausahawan bisa juga adalah seorang manajer, tetapi tidak semua manajer dapat menjadi wirausahawan.” Ada pengusaha yang berpendapat,

Anda tidak bisa mengajarkan dorongan, initiative, ingenuity, atau individuality. Anda juga tidak akan bisa mengajarkan pola pikir ataupun sifat. Anda juga tidak bisa mengajarkan pelajaran memulai sebuah usaha hanya dengan harapan dan kemampuan berbicara kepada seseorang untuk meminjam uang (berhutang).

Sedangkan seorang yang lain menyatakan, ”Ide – ide yang brilian itu sudah biasa, namun orang yang bisa menjalankannya sangat jarang.”
Apakah wirausahawan muncul semenjak seseorang lahir ataukah di saat seseorang tumbuh dewasa, ada beberapa sifat yang memang muncul ketika seseorang merasakan sukses. Sifat ini, kerap ditemukan dalam beberapa manajer dan pengusaha yang sukses. Berikut sifat – sifat yang dimaksud:

Rasa antusias dalam berbisnis    Para pengusaha harus lebih bersemangat dalam menjalankan usahanya karena akan ada banyak rintangan yang harus dilalui. Mereka yang kehilangan semangat dalam bekerja tidak akan sukses. Steven Jobs, pendiri komputer Apple, mengatakan kalau Apple sukses bukan karena konsep dari Apple adalah sebuah ide yang brilian, namun karena Apple dibangun dengan ’hati’. Komitmen inilah yang mendorong seseorang untuk bekerja lebih, hingga akan mengatakan, ”Aku tidak akan menyerah sebelum sukses!”

Tidak putus asa meskipun gagal     Karena akan ada banyak rintangan yang harus dilalui, seorang pengusaha tidak boleh menyerah begitu saja. Banyak cerita sukses dari para pengusaha dimana mereka terus bangkit meskipun kegagalan yang diraih sudah tak dapat dihitung lagi. ”Wirausahawan tidak dapat gagal, mereka hanya mendapatkan pengalaman pahit.” Mereka paham, bahwa ”kesukaran akan menjadi peluang baru yang belum terlihat.” Paul Goldin, CEO dari perusahaan Score Board, mengatakan, ”Jangan takut gagal. Cobalah sampai tujuh, delapan kali.”
Walt Disney pernah bangkrut tiga kali sebelum sukses membuat film pertamanya. Henry Ford gagal dua kali, dan tidak mungkin bisa sukses apabila tidak bangkit dari kegagalannya. Joe Namath, pemain sepakbola, menyikapi kegagalan secara positif, “Aku tidak pernah kalah dalam pertandingan. Aku cuma kadang – kadang kehabisan waktu saja.”

Percaya Diri     Para pengusaha percaya dengan kemampuan dan konsep bisnis mereka. Mereka percaya bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan apa yang mereka mulai. Rasa percaya diri ini, bukan hanya omong kosong belaka. Banyak dari mereka yang memiliki pengetahuan tentang pasar dan industri. Tak jarang dari mereka yang melakukan berbagai investigasi untuk mencari informasi. Bukanlah hal yang aneh apabila seorang pengusaha belajar dari usaha orang lain. Mereka pun mengembangkan usahanya sembari bekerja dari orang lain. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman untuk belajar dari kesalahan orang lain pula. Seorang pengusaha yang sukses mengatakan, ”Lebih baik saya belajar mengendarai motor dengan menggunakan motor orang lain daripada milik saya sendiri.”

Tekad yang kuat     Hampir setiap pengusaha mempunyai motivasi dan tekad yang kuat untuk mencapai sukses. Jon. P.Goodman, direktur Universitas Kewirausahaan California Selatan, berpendapat bahwa tekad merupakan kunci penting untuk meraih kesuksesan karena pengusaha yang sukses tidak terbelenggu oleh takdir. Para pengusaha percaya bahwa kesuksesan dan kegagalan mereka disebabkan oleh diri sendiri. Kualitas diri ini juga disebut sebagai internal locus of control. Seseorang yang percaya bahwa takdir, ekonomi, dan faktor – faktor eksternal lainnya merupakan kunci kesuksesan tidak cocok menjadi pengusaha.

Pengolahan Risiko     Dalam kacamata orang awam, para pengusaha umumnya adalah orang – orang yang mudah mengambil risiko, itupun dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini tidak selamanya benar. Pertama, seperti yang dikatakan diatas, mereka bekerja terlebih dahulu secara penuh, atau paruh waktu. Lalu kemudian memulai bisnisnya secara perlahan, hingga akhirnya sampai pada puncak kesuksesan.
Para pengusaha juga memandang risiko secara berbeda dari yang lain. Seorang penulis majalah Business Week menggunakan contoh Chuck Yeager, seorang pilot dan Scott Schmidt, penemu ski ekstrim. Kemampuan Yeager untuk mengemudikan kokpit selama bertahun – tahun membuatnya melihat risiko dalam sudut pandang yang berbeda.
Ski ekstrim Scott Schmidt terbang dengan ketinggian lebih dari 60 kaki. Publik menilai dia sangat ceroboh dari video – video loncatan hebatnya. Dalam setiap loncatan, dia mengukur secara teliti bagaimana saat loncat dan saat mendaratnya. Oleh karenanya, Schmidt tidak menganggap dirinya seorang maniak loncat yang ceroboh, namun seorang pemain ski yang handal.
Lane Nemeth, penemu Discovery Toys, mengatakan bahwa para pengusaha melihat risiko dalam sudut pandang yang berbeda. Ketika dia memulai perusahaannya dengan uang $50.000, dia melihat uang itu dan menanyakan pada dirinya sendiri, ”Bagaimana kalau aku gagal?” Namun, saat itulah terakhir kalinya dia berpikir kalau dia akan gagal.

Melihat perubahan sebagai peluang     Oleh orang awam, perubahan merupakan sesuatu yang mengerikan dan harus dihindari. Para pengusaha melihatnya sebagai sesuatu yang normal dan perlu. Mereka mencari perubahan, dan menjawab perubaan itu, kemudian mencari peluang, dan akhirnya menciptakan inovasi.

Toleransi akan Ambiguitas     Hidup seorang pengusaha sangatlah tidak terstruktur. Tidak ada yang menetapkan jadwal dan proses langkah demi langkah. Tidak ada yang menentukan berapa persentase kesuksesan. Banyak faktor – faktor yang tidak bisa diukur seperti ekonomi, cuaca, dan perubahan keiingan konsumen yang seringkali membawa dampak yang drastis dalam usaha. Hidup seorang pengusaha bisa dikatakan hidup yang penuh dengan ambiguitas, tidak jelas. Namun, pengusaha yang sukses merasa nyaman dengan semua itu.

Perlunya Inisiatif dan Pencapaian     Hampir setiap orang percaya bahwa pengusaha yang sukses mengambil inisiatif penuh dalam situasi dimana yang lain tidak akan maju. Keinginan para pengusaha untuk bertindak sesuai dengan ide mereka terkadang sering mengaburkan pandangan mereka yang bukan pengusaha. Banyak orang yang mempunyai ide brilian, namun ide – ide ini tidak pernah direalisasikan.
Para pengusaha bertindak berdasarkan idealis mereka untuk mencapai sebuah hasil, sebuah pencapaian. Pencapaian itu kemudian diubah menjadi dorongan dan inisiatif.

Detil, dan perfeksionisme     Sebagian besar para pengusaha perfeksionis. Segala sesuatunya dilakukan dengan sempurna, baik produk maupun servis. Namun, hal ini kerap kali menjadi sumber frustasi pekerja yang bukan perfeksionis. Oleh karenanya, para pekerja kerap melihat para pengusaha sebagai orang yang sulit.

Persepsi akan Menghabiskan Waktu      Para pengusaha sadar bahwa waktu bergulir secara cepat dan, mereka pun menjadi orang yang tidak sabaran. Karena hal inilah, segala sesuatunya tidak pernah selesai dengan cepat dan mulailah masuk ke dalam krisis. Orang – orang yang tidak terbiasa akan merasa risih dengan hal ini.

Kreativitas      Salah satu alasan para pengusaha sukses adalah karena mereka mempunyai imajinasi dan rencana – rencana lain. Mereka memiliki kemampuan untuk melihat peluang lebih dari apa yang orang awam lihat. Nolan Bushnell membuat video game konsol rumahan dan Chuck E, percaya bahwa kreasi hanyalah sesuatu yang standar dalam sebuah bisnis. Sebagai contoh, Bushnell pernah bekerja di taman bermain saat masih kuliah. Di sinilah dia mendapatkan ide untuk membuat video game rumahan. Dia percaya, para pengusaha harus tahu apa yang konsumen inginkan, bahkan sebelum mereka sadar bahwa mereka menginginkannya, dan secepat mungkin.

Kemampuan untuk melihat secara garis besar     Para pengusaha seringkali melihat sesuatu secara holistik, mereka dapat melihat garis besar ketika yang lain hanya melihat bagian dari garis tersebut. Berdasarkan sebuah studi, seorang pengusaha menjalankan usahanya dengan mencari informasi yang lebih banyak tentang lingkungan kerjanya dibanding mereka yang tidak sukses. Dengan proses ini, pengusaha melihat lingkungan kerja secara keseluruhan, dan membuat rancangan kerja untuk memperbesar aktivitas usahanya.

Faktor – Faktor yang Memotivasi      Meskipun banyak orang yang percaya bahwa para pengusaha termotivasi oleh uang, banyak faktor yang sebenarnya lebih penting, seperti perlunya mencapai sebuah hasil yang maksimal (pencapaian) seperti yang telah ditunjukkan diatas. Sebuah keinginan untuk mandiri lebih penting dibandingkan motivasi akan uang itu sendiri. Para pengusaha pada awalnya memulai usahanya karena tidak ingin memiliki bos / atasan. Setidaknya, 3.000 pengusaha mengidentifikasi beberapa faktor dibawah ini sebagai alasan mengapa mereka berwirausaha:

Menggunakan ketrampilan dan kemampuan diri sendiri
Mendapatkan kontrol dalam hidup mereka
Ingin menghadiahkan sesuatu bagi keluarganya
Karena dia suka akan tantangan
Untuk hidup bebas dimana diri sendirilah yang menentukan

Sedangkan faktor yang lainnya adalah: ingin diakui, ingin mendapatkan hadiah dan penghargaan, dan ingin memuaskan hasrat dan ekspektasi diri.

Kepercayaan Diri     Konsep kepercayaan diri mempengaruhi keinginan seseorang. Kepercayaan diri didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kepercayaan diri yang kuat dan akurat sangat diperlukan untuk mengembangkan seluruh aspek kemanusiaan, termasuk inisiatif dan ketekunan. Oleh karenanya, seseorang yang percaya bahwa dia akan sukses sebagai pengusaha akan meraih impiannya.

  1. Faktor Kultural

Sebuah penemuan yang sangat umum apabila kebudayaan dan etnik dapat merepresentasikan sebuah jaringan usaha, yang tentunya, orang – orang yang tergabung didalamnya merupakan pengusaha. Namun, kecenderungan kultur ini masih belum jelas, karena setiap individu dalam suatu kelompok budaya tidak semuanya menjadi pengusaha dengan alasan yang sama.
Efek dari kultur dan sifat etnis ini mungkin terangkai, karena menurut berbagai studi, kebudayaan yang berbeda memiliki nilai dan kepercayaan yang berbeda pula. Sebagai contoh, di Jepang dikenal ada sebuah pencapaian kultur dimana seseorang harus terus berusaha sampai mereka sukses. Faktur lain yang penting adalah bagaimana kultur tersebut memiliki internal locus of control atau tidak. Sebagai contoh, kultur di Amerika mendukung adanya internal locus, sedangkan di Rusia tidak.
Kultur juga mempengaruhi status kewirausahaan. Sebuah studi di Kanada, menyatakan bahwa orang India melihat kewirausahaan sebagai sesuatu yang positif, sedangkan orang – orang Haiti melihatnya sebagai kerjaan rendahan. Ekspektasi kultural merupakan penghalang untuk seorang Wanita bernama Puerto Rican di Washington, D.C. Ketika dia ingin memulai usahanya, kakaknya menyuruhnya untuk segera menikah saja.

  1. Faktor Masyarakat

Dalam semua lingkungan sosial, ada orang yang tidak ingin menjadi pengusaha, tetapi karena situasi dan kondisi, mereka terpaksa menjadi pengusaha. Para pekerja di Amerika dapat dikategorikan dalam grup ini. Hal ini disebabkan karena perubahan pangsa pasar. Para imigran di berbagai negara mencoba jalan ini apabila kemampuan berbahasa dan ketrampilan mereka tidak sesuai. Ini disebut sebagai adaptasi. Sebuah studi faktor – faktor etnokultural menyatakan bahwa tidak semua pengusaha muncul lewat kelompok masyarakat yang menghargai kewirausahaan. Mereka memilih untuk berwirausaha karena ada tekanan, dan juga merupakan asimilasi sosial.

  1. Kombinasi dari Ketiga Faktor

Karena ketekunan sangatlah sulit untuk diraih pada usia yang dewasa, sebaiknya jiwa kewirausahaan ditanamkan pada anak – anak. Sebuah studi di sebuah TK mengindikasikan bahwa setiap satu dari empat anak yang ada menunjukkan sifat kewirausahaan. Setelah beranjak ke usia remaja, hanya 3 persen dari mereka yang masih mempertahankan sifat tersebut. Pelajaran di sekolah tidak mengajarkan sifat kewirausahaan, dan pada nyatanya lebih ke pengajaran teori dan individu. Kreativitas dan kemampuan anak – anak pun menjadi berkurang, padahal kreativitas itulah yang menjadi senjata utama dari pengusaha.
Wilson Harrell, seorang konsultan bisnis, merekomendasikan para orang tua untuk tidak memberikan uang saku kepada anaknya secara cuma – cuma. Contohnya, di umur 6 tahun, Harrell memiliki stan lemon. Stan lemon itu disuplai oleh ayahnya, mulai dari lemon, gla, dsb. sedangkan Harrell yang bekerja. Di akhir bulan, semua profit dibagi rata. Dia percaya, bahwa pelajaran ini akan mengajarkan anak untuk bertanggungjawab dan menunjukkan kepada mereka tentang pentingnya berusaha. Sebagai hasilnya, anak belajar bagaimana integritas bukanlah sebuah putih di atas kertas, melainkan sebuah jalan hidup.